Bingung Memilih Rumah atau Apartemen? Simak Pertimbangan Ini

0
2345
rumah atau apartemen

Memiliki tempat tinggal adalah salah satu kebutuhan primer setiap orang, selain makanan dan pakaian. Akan tetapi, memiliki tempat tinggal di zaman sekarang tidak mudah. Maklum, harga rumah terbilang mahal. Selain itu, kenaikan harga tempat tinggal juga cukup kencang setiap tahun. Terlebih bila lokasi rumah dekat dengan pusat kota, harganya bisa lebih mahal lagi.

Banyak kalangan yang beraktivitas di perkotaan akhirnya hanya mampu membeli rumah tapak atau landed house di pinggiran kota. Alasannya tak lain karena harga rumah di pinggir kota masih lebih terjangkau kantong walau risikonya, mereka harus menempuh perjalanan jauh setiap hari untuk ke tempat kerja. Ada pula yang akhirnya lebih memilih membeli apartemen karena harganya tidak berbeda jauh dengan rumah tapak tapi berlokasi lebih dekat dengan pusat kota atau tempat kerja.

Bila Anda saat ini sedang galau memilih antara membeli rumah tapak atau apartemen, lebih baik pertimbangkan beberapa hal di bawah ini:

1. Tentukan kebutuhan

Langkah pertama adalah mengetahui kebutuhan. Tempat tinggal, apakah itu berbentuk rumah tapak atau hunian vertikal seperti apartemen, akan menjadi rumah tempat Anda membangun hidup bertahun-tahun di masa depan bersama keluarga. Pilihan terhadap lokasi, kondisi lingkungan, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas publik, dan lain sebagainya, perlu menjadi pertimbangan penting.

Sebagai contoh, Anda senang berkebun sehingga punya keinginan tinggal di rumah yang memiliki halaman agar bisa ditanami berbagai macam tanaman. Bila demikian, membeli rumah tapak mungkin lebih mendekati keinginan tersebut ketimbang tinggal di hunian vertikal yang tidak menyediakan halaman. Atau, sebaliknya di mana Anda sangat menginginkan efektivitas waktu sehingga untuk mengejar hal tersebut, Anda mungkin lebih cocok tinggal di apartemen yang berlokasi tidak terlalu jauh dari tempat kerja.

Baca juga: Mana Lebih Penting Dimiliki Lebih Dulu: Rumah atau Mobil?

Dengan mengetahui kebutuhan, Anda bisa menilai sendiri kecenderungan pilihan tempat tinggal mana yang cocok untuk kehidupan Anda dan keluarga. Rumah tapak sesuai untuk Anda yang menyukai lingkungan tradisional dan komunal, di mana antar tetangga masing-masing memiliki halaman rumah sendiri. Sedangkan hunian vertikal seperti rumah susun atau apartemen cocok bagi Anda yang menyukai kepraktisan karena biasanya apartemen sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas menarik mulai dari kolam renang hingga taman bermain anak.

2. Hitung kemampuan kantong

Setelah mengetahui kebutuhan, saatnya melangkah melihat kemampuan kantong. Isi kantong susah berbohong sehingga acapkali kebutuhan seseorang perlu menyesuaikan juga dengan kemampuan kantong yang dia miliki. Tak terkecuali untuk urusan pembelian rumah.

Bila membeli rumah tinggal tidak memungkinkan dilakukan secara tunai, Anda bisa memakai fasilitas pembiayaan kredit perumahan rumah atau apartemen yang banyak disediakan oleh bank. Yang perlu Anda fokuskan bila ingin membeli rumah dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) adalah menyiapkan uang muka atau down payment (DP). Selain itu, pastikan beban cicilan juga tidak melampaui 35% dari total pendapatan rutin.

Mana yang lebih terjangkau antara rumah tapak dengan apartemen? Jawabannya akan sangat relatif. Apabila Anda saat ini beraktivitas di Jabodetabek, Anda masih bisa menemukan rumah tapak dengan kisaran harga Rp300 juta-Rp500 juta di kota-kota penyangga i bukota. Di daerah Tangerang sebagai contoh, masih ada rumah seharga Rp300 juta yang lokasinya kurang lebih 35 kilometer dari ibukota. Luas lahan rumah tinggal rata-rata ditawarkan mulai 60 meter persegi dengan luas bangunan bervariasi. Ada juga rumah yang lebih murah lagi, yakni di bawah Rp200 juta, dengan lokasi lebih jauh dan termasuk kategori rumah subsidi.

Baca juga: 6 Milestone Finansial Saat Sudah Berusia 30-an

Jarak rumah dengan beberapa fasilitas umum sangat menentukan harga jual. Semakin dekat dengan pusat kota, harga rumah tentu semakin mahal. Lalu, semakin dekat dengan pusat transportasi publik seperti stasiun commuter line atau terminal bus, harga rumah juga semakin mahal. Begitu pula jika rumah dekat dengan rumah sakit, pusat belanja, sekolah, children playground dan semacamnya, juga akan meningkatkan harga jual.

Di sisi lain, apartemen atau hunian vertikal yang harganya di bawah Rp400 juta dengan lokasi lebih dekat dengan pusat kota juga masih banyak. Hanya saja, kebanyakan yang di kisaran harga tersebut adalah apartemen kelas studio yang lebih cocok untuk lajang. Bagi yang sudah berkeluarga, tinggal di apartemen kelas studio akan cenderung terlalu sempit. Sebagai informasi, luas apartemen tipe studio umumnya tak lebih dari 30 meter persegi.

3. Ketahui perbedaan status kepemilikan

Memiliki rumah tapak berarti Anda sekaligus mengantongi hak milik berupa Sertifikat Hak Milik (SHM). Artinya, bukan hanya bangunan saja yang Anda miliki, melainkan juga tanahnya. Anda berkewajiban membayar pajak bumi dan bangunan per tahun kepada negara.

Sebaliknya, jika membeli apartemen atau rumah susun, berarti Anda akan mendapatkan Sertifikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun (HMSRS) alias strata tittle pada unit apartemennya saja. Ini berarti yang menjadi milik Anda 100% adalah bangunan unit apartemen. Sedangkan fasilitas lain yang ada di apartemen tersebut seperti kolam renang, tempat parkir, dan sebagainya, berstatus milik bersama. Begitu juga tanah di mana apartemen tersebut berdiri, statusnya adalah milik bersama.

Baca juga: 5 Prioritas Keuangan Keluarga Muda, Apa Saja?

Pembeli apartemen akan mengantongi Hak Guna Bangunan (HGB) yang memiliki jangka waktu tertentu, biasanya 30 tahun atau 50 tahun. Kelak saat periode HGB berakhir, pemilik apartemen harus memperpanjang lagi. Itu juga membutuhkan biaya tersendiri.

4. Ketahui biaya-biaya lain

Apabila Anda membeli rumah tapak, Anda akan menanggung biaya perawatan rumah dan biaya lingkungan. Besar biaya ini beragam tergantung pada kelas perumahan. Untuk perumahan kelas atas, biaya lingkungan untuk keamanan dan kebersihan tentu lebih mahal dibanding perumahan kelas bawah.

Adapun bila tinggal di apartemen, biasanya ada biaya-biaya maintenance bulanan yang ditentukan berdasarkan luas unit dan bisa ratusan ribu hingga jutaan rupiah per bulan, biaya parkir tambahan, bahkan ada juga biaya ekstra bila ada renovasi unit apartemen. Maka itu, bila Anda berencana membeli unit apartemen, sebaiknya tanyakan secara detil biaya-biaya lain di luar biaya pembelian unit. Ini penting sebagai gambaran biaya rutin yang kelak harus Anda bayarkan bila tinggal di apartemen.

5. Efektivitas dan kepraktisan

Banyak orang memilih tinggal di apartemen karena dinilai lebih praktis. Ini karena apartemen biasanya sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas bersama dan dekat dengan fasilitas umum yang bisa dijangkau dengan jalan kaki. Fasilitas-fasilitas ini misalnya minimarket, hipermarket, tempat penitipan anak (daycare) bagi orang tua bekerja, playground, pusat kebugaran, sampai food court. Di sisi lain, jarak ke tempat kerja bisa lebih terjangkau. Dengan begitu, Anda yang tinggal di apartemen bisa lebih hemat dari sisi ongkos bepergian ke tempat-tempat tersebut.

Sebaliknya tinggal di rumah tapak yang mungkin lebih jauh lokasinya dari tempat kerja atau fasilitas tersebut, akan melahirkan ongkos lagi. Tinggal Anda hitung mana yang lebih nyaman dan murah bagi kantong Anda.

Kesimpulan

Mana yang lebih murah antara membeli apartemen atau rumah tapak akan bergantung pada pilihan jenis apartemen atau rumah tapak. Ada biaya-biaya lanjutan di masa depan yang perlu Anda hitung di antara dua pilihan ini. Yang pasti, pilih yang paling memadai dengan kondisi Anda.

Credit photos: unsplash, pexels