Agak Tidak Kaget, Ini Persiapan Finansial Sebelum Berhenti Jadi Ibu Bekerja

0
2424
persiapan finansial sebelum berhenti jadi ibu bekerja

Kelahiran seorang anak membawa banyak perubahan besar dalam kehidupan sebuah keluarga. Apapun pilihan yang akan Anda ambil, sebaiknya memang sesuai pilihan hati dan kebaikan bersama. Apabila Anda berniat melepas karir dan fokus mengurus anak dan rumah tangga secara penuh, persiapan kondisi finansial perlu dilakukan. Inilah beberapa persiapan finansial sebelum berhenti jadi ibu bekerja lalu beralih menjadi ibu rumah tangga.

Terlebih bagi sang ibu yang pasti akan lebih sibuk mengurus si buah hati di masa-masa awal pertumbuhannya. Tidak jarang, seorang perempuan yang tadinya aktif bekerja di luar rumah menemui dilema begitu si kecil lahir, antara tetap menjadi  working mom atau berhenti bekerja demi mengurus anak. Anda mungkin tengah menghadapi dilema serupa? Berikut persiapan finansial sebelum berhenti jadi ibu bekerja yang perlu Anda ketahui.

1. Asuransi jiwa suami

Memilih mundur dari pekerjaan berarti Anda sudah tidak lagi berpenghasilan rutin seperti sebelumnya. Otomatis, posisi suami akan menjadi satu-satunya penanggung jawab finansial keluarga sebagai pencari nafkah. Dengan kondisi seperti itu, kebutuhan keluarga akan asuransi jiwa tidak bisa lagi Anda tunda-tunda. Suami sebagai pencari nafkah perlu perlindungan berupa asuransi jiwa agar risiko finansial keluarga dapat terkelola baik.

Dengan memiliki asuransi jiwa, apabila terjadi sesuatu pada suami yang membuatnya tidak lagi mampu menghidupi keluarga, Anda dan buah hati bisa melanjutkan hidup dengan bekal asuransi jiwa suami.

Tidak perlu bingung mencari asuransi jiwa yang tepat untuk suami. Anda bisa menimbang Avrist Term 10, asuransi jiwa dari Avrist Assurance. Avrist Term 10 adalah asuransi jiwa tradisional yang dapat melindungi secara optimal sesuai kebutuhan dan kondisi finansial keluarga.

Baca juga: Para Orang Tua Muda, Hindari Kesalahan Finansial Ini agar Sejahtera

2. Pastikan rasio utang aman

Kesehatan keuangan keluarga bisa sangat terganggu apabila tanggungan utang terlalu besar. Maka, sebelum memutuskan berhenti kerja, cobalah mengecek apakah rasio utang akan tetap aman dengan berkurangnya satu sumber penghasilan utama?

Sebagai contoh, sebuah keluarga selama ini memiliki penghasilan total Rp25 juta. Adapun tanggungan cicilan utang setiap bulan mencapai Rp7 juta. Begitu istri berhenti bekerja, keluarga kehilangan pendapatan Rp9 juta, menjadi tinggal Rp16 juta. Rasio utang pun melonjak menjadi 44%. Angka itu kurang ideal. Sebaiknya, tekan dulu rasio utang hingga ke angka 30% supaya kelak saat keluarga beralih menjadi single income family, atau keluarga dengan satu sumber pendapatan, kesehatan finansial keluarga tidak terganggu. Caranya, lunasi sebagian cicilan utang yang ada dengan tabungan yang Anda miliki, terutama utang berbiaya mahal seperti cicilan kartu kredit atau kredit tanpa agunan.

3. Amankan dana darurat

Jumlah dana darurat yang ideal untuk keluarga satu anak adalah 12 kali nilai pengeluaran bulanan. Bagaimana bila dana darurat yang Anda miliki belum sebesar itu ketika hendak berhenti bekerja? Pada dasarnya keuangan masih terbilang sehat jika keluarga bisa mempertahankan rasio likuiditas sebesar minimal enam kali pengeluaran bulanan.

Baca juga: Supaya Tidak Kaget, Pikirkan 4 Hal Ini sebelum Menambah Anak

4. Sesuaikan pengeluaran dan gaya hidup 

Bagi keluarga yang selama ini terbiasa membiayai semua keperluan finansial rumah tangga dari dua sumber, atau double income family, keputusan berhenti kerja sang istri akan menimbulkan perubahan drastis dari sisi total pendapatan. Di atas kertas, penghasilan keluarga akan berkurang. Supaya peralihan dari double income family menjadi single income family tersebut tidak mengguncang keuangan keluarga, Anda perlu menyesuaikan pola pengeluaran dan gaya hidup.

Pos pengeluaran apa saja yang perlu disesuaikan? Mulailah dari pos tersier lebih dulu seperti pos entertainment dan pos pribadi seperti pengeluaran televisi berbayar, layanan streaming, pengeluaran perawatan di salon, pos makan di luar rumah, dan sebagainya. Tidak perlu drastis menghapusnya, tapi Anda bisa memulainya dengan mengurangi frekuensi. Misalnya, saat double income, Anda hampir tiap hari makan di luar, begitu pendapatan turun jadi satu sumber, makan di luar cukup dilakukan tiap akhir pekan.

5. Disiplin manajemen keuangan

Keputusan berhenti bekerja membawa konsekuensi berupa kehilangan sebagian pendapatan. Supaya kondisi single income family tidak membuat kualitas keuangan keluarga menurun, sebaiknya Anda memperkuat komitmen untuk lebih disiplin mengelola keuangan.

Misalnya, membiasakan membuat rencana anggaran rutin agar pengeluaran terkontrol, rajin mencatat arus kas masuk dan keluar supaya Anda bisa memantau pos mana yang kerap “bocor halus”, berbelanja dengan membawa catatan dari rumah, dan lain sebagainya.

Baca juga: 5 Aplikasi Ini Membantu Anda Atur Keuangan Lebih Mudah

6. Pikirkan pekerjaan sampingan

Kehilangan sebagian penghasilan karena istri memutuskan menjadi ibu rumah tangga jangan sampai membuat keluarga Anda kehilangan fokus pada tujuan-tujuan keuangan penting. Misalnya, rencana dana pendidikan anak, rencana dana pensiun, hingga rencana renovasi rumah agar lebih layak ditinggali.

Setelah menyiapkan hal-hal terpenting seperti dana darurat dan asuransi jiwa, serta memiliki rasio utang yang sehat, Anda dan keluarga perlu mengupayakan rencana keuangan dengan berinvestasi. Bagaimana bila pendapatan yang ada saat ini tidak memadai untuk terus mendukung rencana keuangan keluarga? Pikirkan untuk mencari pendapatan sampingan yang bisa Anda kerjakan dari rumah. Di era internet seperti saat ini, ada banyak sekali peluang mengais rezeki yang tidak mengharuskan Anda keluar dari rumah. Mulai dari menjadi reseller online shopdropshipper, menjadi freelance writer atau designer, hingga membuka usaha katering atau cookies homemade. Dengan begitu, pendapatan keluarga bisa terbantu sehingga rencana-rencana keuangan yang perlu Anda wujudkan, bisa lebih mudah tercapai.

Semangat, ya untuk mengatur persiapan finansial sebelum berhenti jadi ibu bekerja.