Money Stories: Hidup di Jakarta Berbekal Uang Rp300.000 Per Minggu? Begini Strateginya

0
16878

Hidup di Jakarta memang tidak murah. Kendati DKI Jakarta memiliki Upah Minimum Provinsi (UMP) yang tergolong besar dibandingkan kota lain di Indonesia, yaitu Rp4,26 juta, biaya hidup di kota megapolitan ini juga tak kalah tinggi. Mengutip Survei Biaya Hidup yang digelar tiap lima tahun sekali oleh Badan Pusat Statistik, tingkat pengeluaran rumah tangga di provinsi DKI Jakarta yang terdiri atas 5 kota, rata-rata mencapai Rp13,5 juta per bulan, tertinggi kedua setelah kota Bekasi. Kompas (Januari 2020) mencatat, tingkat pengeluaran rumah tangga di Jakarta Utara mencapai Rp15,9 juta per bulan Adapun di tataran dunia, Jakarta muncul sebagai kota dengan biaya hidup termahal urutan ke-105.

Melihat data-data tersebut, apakah memungkinkan untuk tinggal di ibukota dengan tingkat pengeluaran minimal? Jawabannya, mungkin saja. Hidup di Jakarta dengan gaji pas-pasan atau setara UMP, bukan hal mustahil. Caranya, cermat mengelola keuangan dan kreatif mencari cara berhemat. Jadi, walau kini pendapatan rutin Anda sebesar UMP atau sekitar Rp4,2 juta, Anda masih bisa menekan pengeluaran biaya hidup di kisaran Rp300.000 per minggu atau Rp1,2 juta-Rp1,5 juta per bulan. Dengan begitu, masih ada ruang finansial yang cukup untuk menabung, berasuransi, dan berinvestasi. Yuk, simak pengalaman tiga sahabat Avrist yang hidup di Jakarta dan menghabiskan biaya hidup Rp300.000 per minggu berikut ini.

Nama: Rahmad

Usia: 26 tahun

Pekerjaan: Penjaga toko

Domisili: Jakarta Barat

Berapa pengeluaran biaya hidup per hari?

Setiap hari pengeluaran antara Rp30.000 hingga Rp50.000. Perinciannya, untuk makan Rp17.000 bisa dua kali makan. Ada warteg langganan yang bisa memberi harga murah tapi tetap kenyang. Setiap hari saya pergi ke toko naik motor dari rumah, jaraknya kurang lebih 1 kilometer saja. Jadi, pengeluaran untuk bensin juga tidak banyak. Paling-paling tiap tiga atau empat hari sekali saya isi bahan bakar minyak (BBM) sekitar Rp20.000.

Biaya tempat tinggal tidak ada karena saya masih menumpang di rumah orangtua. Tapi saya menanggung biaya listrik dan air di rumah. Pengeluaran biaya listrik sekitar Rp350.000 per bulan, sedangkan air Rp150.000 per bulan. Selain biaya-biaya itu, ada juga pengeluaran pulsa internet. Sebulan sekitar Rp200.000 atau Rp50.000 per minggu. Jadi, dalam seminggu, total pengeluaran sekitar Rp350.000.

Masih bisa menabung dengan pendapatan saat ini?

Belakangan ini semakin susah karena toko makin sepi. Pas-pasan. Kalaupun ada yang bisa ditabung, paling-paling 15% dari nilai omzet terendah dalam sebulan di toko.

Bagaimana cara menghemat pengeluaran agar pendapatan mencukupi untuk biaya hidup?

Sejauh ini pengeluaran pribadi yang besar seperti beli pulsa internet, itu yang bisa saya hemat. Jadi, saat pergi di suatu tempat dan di sana ada jaringan WiFi, saya manfaatkan itu sebaik-baiknya agar pulsa internet hemat. Untuk makan, pilih di warteg dengan menu sederhana tapi tetap kenyang dan sehat. Biaya bensin juga biasa saya hemat dengan berjalan kaki dari rumah ke toko.

BACA JUGA: Pengeluaran Jadi Bridesmaid Bisa Menguras Dompet Sebesar Ini, Lho

biaya hidup di jakarta

Nama: Ghani

Usia: 25 tahun

Pekerjaan: Editor buku bahasa Arab

Domisili: Jakarta Selatan

Berapa pengeluaran biaya hidup per hari?

Setiap hari pengeluaran saya tidak terlalu banyak. Untuk makan, rata-rata saya habis Rp10.000 per sekali makan. Makan bisa dua atau tiga kali sehari. Tanpa jajan dan rokok karena kebetulan saya tidak merokok. Masih bisa makan dengan harga segitu di Jakarta Selatan. Saat saya sedang agak banyak uang, saya kadang memilih menu dengan harga Rp20.000-Rp25.000 per porsi. Jadi, memang tergantung kondisi keuangan juga.

Selain biaya makan, ada juga biaya bensin, karena saya memakai sepeda motor ke mana-mana. Isi bensin paling-paling dua kali dalam seminggu, masing-masing Rp20.000. Pengeluaran lain adalah biaya pulsa telepon. Alhamdulillah tidak terlalu banyak, cukup Rp50.000 saja sebulan. Untuk pulsa internet, saya memanfaatkan WiFi di tempat kerja. Pengeluaran terbesar itu biaya kos mencapai Rp400.000 per bulan. Seharusnya bayarnya Rp800.000 tapi saya berbagi tempat dengan teman sehingga biaya kos bisa ditanggung berdua.

Jadi, dalam seminggu besar pengeluaran bila dirata-rata berkisar Rp300.000 hingga Rp400.000. Besar pengeluaran itu wajar saja. Orang bilang mungkin itu terlalu irit, tapi tidak juga karena di luar masih banyak yang lebih irit. Buktinya saya  nyaman menjalani aktivitas sehari-hari.

Masih bisa menabung dengan pendapatan saat ini?

Bisa. Saat penghasilan normal, tidak terlalu banyak proyek, saya biasanya sisihkan Rp100.000-Rp300.000 sebagai tabungan kebutuhan jangka panjang. Ketika sedang banyak proyek dan penghasilan lebih besar dari biasanya, saya bisa menabung Rp500.000-Rp1 juta. 

Bagaimana cara menghemat pengeluaran agar pendapatan mencukupi untuk biaya hidup di Jakarta?

Caranya, ya, tidak perlu aneh-aneh. Saya dulu merokok, sekarang sudah berhenti dan merasa lebih sehat, juga sangat membantu menekan pengeluaran. Saya juga jarang jajan-jajan yang sebenarnya tidak terlalu saya butuhkan. Kebiasaan saya di awal pendapatan diterima adalah mencatat apa saja rencana pengeluaran. Itu membantu saya mengatur pengelolaan uang supaya kebutuhan bisa tercukupi.

BACA JUGA:  Bagaimana Cara Kelola Keuangan untuk Generasi Zaman Now?

——————————————————————————————————

Nama: Fajar

Usia: 23 tahun

Pekerjaan: Editor

Domisili: Jakarta Selatan

Berapa pengeluaran per hari?

Per hari habis Rp40.000-Rp45.000. Perinciannya untuk makan Rp30.000. Sisanya untuk keperluan lain-lain. Makan biasanya saya beli lauknya saja di warteg. Nasinya masak sendiri. Jadi lebih hemat. Untuk lain-lain seperti untuk biaya transportasi, saya naik Gojek atau Grab. Ke kantor saya kadang juga jalan kaki. Kebetulan rumah dengan kantor tidak terlalu jauh jaraknya.

Untuk biaya tempat tinggal tidak ada karena saya masih menumpang di rumah orangtua. Kebutuhan lain yang penting seperti pulsa telepon atau internet, per bulan saya habis sekitar Rp70.000, pilih yang paket paling ekonomis. Itu cukup untuk kebutuhan saya karena saat di kantor, ada WiFi kantor sehingga paket internet bisa saya hemat. Jadi, dengan uang Rp300.000 seminggu saya masih bisa bertahan. Paling-paling pengeluaran lain adalah memberi uang saku untuk adik saya yang masih sekolah. Hanya itu, sih.

Masih bisa menabung dengan pendapatan saat ini?

Saat ini masih belum bisa menabung rutin. Hanya bisa menabung saat pendapatan berlebih, misalnya saat ada proyek tambahan yang bisa saya garap. Kalau tidak ada proyek tambahan berarti tidak bisa menabung. Karena saya juga masih membantu keperluan sekolah dan uang saku adik saya.

Bagaimana cara menghemat pengeluaran agar pendapatan mencukupi untuk biaya hidup di Jakarta?

Untuk biaya makan saya menghematnya dengan beli lauk saja. Nasi memasak sendiri. Beras 1 kilogram bisa cukup untuk 4 hari. Lalu, supaya biaya transportasi tidak besar, saya meminimalkan acara jalan-jalan dan nongkrong. Ongkos Gojek atau Grab sekarang makin mahal soalnya.

——————————————————————————————————

Itulah cerita tiga sahabat Avrist yang hidup di Jakarta dengan biaya hidup Rp300.000 per minggu. Walau hidup di kota yang tergolong berbiaya mahal, tiga sahabat Avrist tersebut membuktikan dengan uang Rp300.000 per minggu, mereka tetap bisa menjalankan aktivitas dengan nyaman. Anda juga bisa menerapkan strategi hidup hemat yang mereka terapkan. Jadi, hidup di ibukota yang terkenal mahal bisa tetap Anda jalankan dengan nyaman.