Money Stories: Bersiap Tahun Ajaran Baru, Sekolah dari Rumah Saja

0
1735
sekolah dari rumah saja

Pandemi corona telah mengubah banyak lini kehidupan secara dramatis. Tak terkecuali, proses belajar dan mengajar di sekolah. Keharusan social distancing memaksa anak-anak meninggalkan proses belajar tatap muka di sekolah bersama teman dan guru. Demi menghindari penularan COVID-19, anak-anak harus sekolah dari rumah saja sejak bulan Maret 2020 hingga detik ini.

Jelang dimulainya tahun ajaran (TA) 2020/2021 pada 13 Juli nanti, pemerintah telah memutuskan kegiatan sekolah tetap akan menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ), terutama untuk daerah berstatus zona merah, oranye, dan kuning. Sebanyak 94% anak sekolah dari tingkat dasar hingga tinggi yang jumlahnya mencapai 52,81 juta anak didik, berada di tiga zona tersebut. Hanya sekolah di zona hijau saja yang boleh menggelar kegiatan normal. 

Anda yang berada di tiga zona tersebut, mau tidak mau harus siap dengan konsekuensi kebijakan school from home tersebut. Bahkan besar kemungkinan sekolah jarak jauh ini akan berlangsung hingga akhir tahun nanti. Para orang tua, terutama yang memiliki anak usia dini dan tingkat dasar, dituntut lebih aktif mendampingi anak belajar dari rumah. Bukan cuma itu, belajar dari rumah juga membutuhkan dukungan infrastruktur seperti gadget dan jaringan internet.

Baca juga: Money Stories: Adaptasi Finansial saat Keuangan Pribadi Terdampak Pandemi

Persiapan sekolah dari rumah

Bagaimana persiapan para orang tua muda menghadapi tahun ajaran baru di tengah pandemi ini? Avrist Assurance mewawancarai tiga orang tua muda tentang serba-serbi persiapan mereka mendukung anak menghadapi tahun ajaran baru di tengah wabah COVID-19. Tiga narasumber Avrist kali ini adalah Bebi (32 tahun), ibu tiga anak yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat; lalu Abi Firman (37 tahun), bapak tiga anak berdomisili di Tangerang, Banten; dan Iva Fauzia (39 tahun), ibu tiga anak yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur. Simak wawancara Avrist berikut ini: 

Apakah Anda memiliki anak usia sekolah?

Bebi: Ya, anak saya yang pertama, kembar, masuk SD pada tahun ajaran baru ini. Satu lagi, usia hampir 5 tahun, seharusnya masuk TK tahun ini.

Firman: Anak pertama saya hendak masuk SD pada bulan Juli nanti dan satu lagi baru mau TK.

Iva: Anak pertama naik kelas 5 SD dan anak kedua baru naik kelas 2 SD.

Pemerintah memutuskan TA 2020/2021 tetap sesuai jadwal di bulan Juli nanti dan sekolah di zona kuning, oranye, dan merah dilarang menggelar pembelajaran tatap muka, bagaimana tanggapan Anda?

Bebi: Sangat setuju. Bahkan yang berada di zona hijau pun saya berharap masih tetap melakukan PJJ karena kondisi pandemi masih rawan sebenarnya.

Firman: Memang sulit ya, apalagi anak saya baru mau masuk SD. Masih butuh penyesuaian dengan siswa lain maupun dengan gurunya. Belum lagi penyesuaian dengan mata pelajarannya. Maunya, sih, sekolah bisa ditangguhkan dulu atau ada kurikulum darurat. Namun pemerintah ternyata memilih tetap melanjutkan sekolah lewat sistem daring. Dan mau tidak mau kita ikut, tentunya dengan bersiap menanggung konsekuensi yang ada.

Iva: Setuju banget karena keamanan dan kesehatan anak-anak harus menjadi prioritas utama.

Terkait kebijakan pemerintah tersebut, apa keputusan Anda untuk kelanjutan sekolah anak-anak? Apakah tetap bersekolah, menunda sekolah atau memilih homeschooling?

Bebi: Saya tetap melanjutkan sekolah anak yang SD dengan syarat proses belajarnya harus PJJ atau online. Itu harapan saya pada sekolah anak, supaya tetap memberlakukan sistem online untuk proses belajar seperti yang sudah berlangsung sejak Maret lalu. Dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga sudah memberikan rekomendasi bahwa risiko pandemi masih besar bagi anak-anak, sehingga sampai akhir tahun 2020 sebaiknya anak PJJ dulu. Untuk anak kedua yang seharusnya masuk TK tahun ini, saya menundanya, jadi baru masuk tahun depan.

Firman: Tetap melanjutkan sekolah. Dari sisi lingkungan anak saya sudah mengenal temannya dari TK yang lanjut di SD, kebetulan satu yayasan. Dengan begitu penyesuaiannya tidak lagi dari nol. Dari sisi kesiapan, anak kami sudah punya tekad melanjutkan sekolah dasar walaupun terkadang dari sisi mental masih perlu diperkuat. Kalau anak kedua, kami putuskan menunda masuk TK karena aneh juga TK tapi masak online. TK, kan, lebih banyak bermain dan belajar bersosialisasi langsung. Kalau proses belajar di TK dijadikan full online, ya kurang pas nanti. Makanya kami tunda dulu, ajak belajar mandiri di rumah saja.

Iva: Menunda sekolah tatap muka dan tetap melanjutkan pembelajaran jarak jauh. Karena anak usia SD rentan terkena virus dan mereka belum bisa disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan.

Baca juga: Jadwal Padat, Begini Cara Menghabiskan Waktu Berkualitas Bersama Keluarga

Bagaimana konsep PJJ yang diterapkan oleh sekolah anak Anda nanti?

Bebi: Kebeteluan sampai saat ini, sekolah anak saya masih belum memberikan informasi pasti tentang bagaimana konsep PJJ nanti akan dijalankan. Jadi, saya masih menunggu info dari pihak sekolah.

Firman: Pihak sekolah masih cenderung pasif, belum aktif mengkomunikasikan akan seperti apa PJJ nanti. Jadi, kami sebagai wali murid yang lebih aktif bertanya sejauh ini. Saya sendiri sudah bertanya langsung dengan kepala sekolah, sistem PJJ-nya nanti memang online class, belum tahu berapa jam per hari atau malah sesekali saja. Ada home visit juga.

Iva: Belum pernah dikomunikasikan lagi. Selama liburan sekolah hingga saat ini sekolah vakum. Tanggal 13 Juli mulai masuk. Jadi, belum tahu nanti PJJ-nya seperti apa.

Apakah Anda menghadapi kesulitan terkait dana sekolah anak tahun ini karena pandemi?

Bebi: Tidak ada. Uang pangkal sekolah sudah lunas. Anak saya juga baru mau kelas 1 SD, jadi belum ada kendala berarti.

Firman: Kebutuhan dana pendidikan sudah kami siapkan jauh-jauh hari. Jadi, untuk uang pangkal sudah dibayarkan lunas. Hanya memang karena pandemi, pendapatan terpengaruh. Ada proyek yang ditangguhkan.

Iva: Alhamdulillah tidak ada.

Apakah sekolah anak memberikan dispensasi atau diskon biaya sekolah terkait pandemi?

Bebi: Sewaktu anak saya masih di TK kemarin, SPP bulanan didiskon 20%-30%. Untuk SD ini belum tahu karena informasi belum disampaikan oleh sekolah.

Firman: Anak saya sekolah TK di yayasan yang sama. Saat masih TK kemarin memang ada diskon. Sedang nanti di SD ini, informasinya akan ada pemotongan uang kegiatan. Besar potongannya berapa, belum ada informasi.

Iva: Khusus bulan Juni karena sekolah jadwal akademiknya libur, maka para orang tua dan wali murid  meminta kebijakan agar ada keringanan ato pembebasan SPP. Itu dikabulkan oleh pihak yayasan dan kami mendapat diskon Rp120.000 untuk SPP bulan Juni. Bulan-bulan sebelumnya, saat sudah school from home, SPP tetap bayar penuh. Nah, untuk tahun ajaran baru, belum ada kabar apa-apa.

Apa saja yang Anda siapkan untuk mendukung anak bersekolah dengan metode PJJ mulai Juli nantii?

Bebi: Selain media yang diperlukan seperti laptop, internet, juga alat alat sekolah, saya lebih fokus juga menyiapkan mental dan kesiapan anak sendiri agar bisa beradaptasi dengan pola belajar jarak jauh.

Firman: Yang pasti kami siapkan waktu untuk mendampingi anak selama PJJ dan memberi pelajaran tambahan. Selain dukungan gadget seperti laptop untuk mendukung online class.

Iva: Saya mendaftarkan anak untuk ikut belajar online khusus bidang matematika. Untuk lainnya, kami sekedar membantu belajar seperti menyediakan bacaan atau membuatkan soal-soal. Juga, mengajak belajar crafting sambil bermain.

Siapa kelak yang mendampingi anak kala bersekolah dari rumah? 

Bebi: Saya sendiri, kebetulan saya ibu rumah tangga di rumah.

Firman: Walau saya masih work from home, pendamping utama nanti, lebih banyak ibunya. Bergantian dengan saya tentunya.

Iva: Saya sendiri, karena saya ibu rumah tangga yang tidak bekerja kantoran, tapi berbisnis dari rumah.

Mempersiapkan sekolah dari rumah

Ada banyak kebutuhan baru yang muncul untuk mendukung sekolah online, mulai dari pulsa internet hingga keberadaan gadget, berapa budget yang Anda siapkan untuk itu? Apakah budget “dadakan” itu cukup memberatkan keuangan keluarga?

Bebi: Ya, lumayan agak memberatkan, mengingat pandemi ini sangat mempengaruhi ekonomi banyak orang. Termasuk ke gaji suami yang mengalami kemerosotan karena pandemi. Sedang kebutuhan terus meningkat.

Firman: Semua pendukung sudah ada. Laptop dan internet, kebetulan di rumah ada WiFi yang langganan sekitar Rp250.000 per bulan. Jadi, tidak ada budget khusus yang disiapkan. Paling nanti perlu membelikan meja khusus buat anak agar dia lebih semangat mengikuti kelas online, sama kelengkapan belajar untuk anak yang TK karena belajar mandiri di rumah. Kalau perlu sebut angka, ya, kami menganggarkan tak lebih dari Rp1 juta untuk semua keperluan itu.

Iva: Budget bertambah dua kali lipat. Karena memang tugas-tugas mengharuskan untuk aktif bersentuhan dengan gadget. Tapi sebagai ibu rumah tangga saya mencoba meminimalkan anggaran sebisa mungkin. Selain itu anak-anak dibatasi bermain gadget bila bukan untuk tugas sekolah. Kalaupun pegang smartphone, kami kasih game tanpa internet.

Bagaimana Anda menyiasati kemunculan pengeluaran-pengeluaran baru itu karena anak sekolah dari rumah?

Bebi: Sebetulnya dari Maret sampai Juni kemarin, anak saya sekolahnya belum online sepenuhnya. Jadi, per dua minggu sekali, orang tua ke sekolah untuk ambil modul. Lalu nanti tinggal setor laporan via foto atau video ke Whatsapp guru. Kelas via Zoom baru berlangsung seminggu terakhir aja. Jadi dari segi pengeluaran pulsa internet belum ada lonjakan signifikan. Cuma, nanti di tahun ajaran baru bisa saja kelas online akan lebih sering. Sebagai antisipasi kenaikan budget internet, saya dari awal pandemi sudah memangkas pos-pos pengeluaran yang kurang penting. Seperti jajan skincare, jatah saya ke salon, jajan-jajan Go-Food atau olshop. Supaya pengeluaran pulsa tidak naik drastis, selama ini saya batasi anak-anak memakai kuota untuk hal yang tidak terlalu penting, kayak main game atau nonton. Selain itu, saya juga merintis usaha salad buah @TwinsKitchenette untuk menambah penghasilan.  

Firman: Cari tambahan penghasilan yang banyak biar bisa mengimbangi kenaikan pengeluaran. Walau selama Maret-Juni saat school from home tidak ada lonjakan pengeluaran yang berarti. Karena di rumah sudah ada WiFi. Kebutuhan seragam, buku juga sudah masuk uang pangkal sekolah, dan itu sudah lunas. 

Iva: Lebih giat cari pendapatan saja. Selama ini saya fokus jadi reseller baju muslim. Nah, belakangan merambah juga menawarkan homeware atau cookware, gitu. Peralatan dapur juga baju-baju rumah atau homedress.

Baca juga: Money Stories: Begini Strategi Bisnis 3 Pengusaha Kecil di Tengah Pandemi Corona

Menjalankan sekolah jarak jauh hingga waktu yang belum bisa ditentukan, tentu bukan hal mudah baik bagi para orang tua maupun anak-anak. Seperti dituturkan oleh tiga sahabat Avrist di atas, beberapa hal ini sebaiknya dilakukan oleh orang tua agar proses school from home nanti bisa berjalan senyaman mungkin bagi semua pihak:

Pertama, komunikasikan dengan anak Anda tentang proses sekolah kelak. Menyiapkan mental anak sangat penting agar mereka terbantu menerima proses bersekolah yang hanya bisa dilakukan jarak jauh akibat pandemi. Kedua, dukung semangat anak bersekolah dengan menyiapkan peralatan sekolah yang dibutuhkan. Misalnya, laptop atau tablet untuk mendukung online class, lalu meja belajar sendiri juga alat-alat sekolah lainnya. Ketiga, cobalah aktif membuka komunikasi dengan pihak sekolah dan jangan sungkan memberi masukan pada sekolah agar proses belajar si buah hati lebih nyaman. Keempat, siapkan pendamping anak kala school from home, terlebih bila Anda dan pasangan sama-sama bekerja dan sudah harus work from officeKelima, amankan kebutuhan dana sekolah. Pandemi belum ada kepastian kapan berakhir dan seberapa lama perekonomian bisa pulih. Amankan dana sekolah anak sebagai kebutuhan prioritas. Caranya, masukkan kebutuhan dana sekolah anak dalam hitungan dana darurat yang harus Anda kumpulkan. Selain itu, Anda juga berhemat agar kebutuhan bulanan bisa menutup dana sekolah yang meningkat. Dengan begitu, hak anak mendapatkan pendidikan tetap bisa terpenuhi dengan baik kendati kondisi tengah muram diterjang pandemi seperti saat ini.

Yang tak kalah penting, lindungi diri Anda dan si buah hati dengan asuransi kesehatan terbaik. Salah satu asuransi kesehatan yang bisa Anda pertimbangkan ialah  Avrist Simple Start, asuransi kesehatan simpel dan praktis dari Avrist Assurance. Avrist Simple Start memberikan perlindungan kesehatan berjangka selama satu tahun dan bisa diperbarui di akhir periode perlindungan. Sehingga, asuransi ini cocok bagi Anda yang tengah mencari asuransi kesehatan dengan manfaat lengkap dan fitur-fitur menarik. Tetap semangat, young parents! #AvGotYouAtHome