Kenali Latte Factor Saat Belanja Online Agar Tidak Boros

0
821
Latte Factor
Tips menghindari latte factor

Ternyata, berbelanja secara online juga punya sisi latte factor yang jarang disadari loh. Apa itu latte factor? Latte factor, menurut David Bach dalam bukunya yang berjudul The Latte Factor, yaitu pengeluaran-pengeluaran kecil yang bisa membuat tekor keuangan kita.

Kata latte diasosiasikan sebagai kebiasaan generasi jaman sekarang yang senang menghabiskan waktu dan uang dengan membeli kopi di café. Ini menjadi simbol sifat boros karena mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu.

Baca juga : 5 Jenis Pengeluaran Receh yang Tidak Disadari Bisa Bikin Bangkrut

Namun, latte factor ternyata tidak terjadi pada kegiatan nongkrong di café saja loh. Bahkan saat belanja online pun, kita bisa terjebak dalam latte factor yang tidak kita sadari. Seperti apa contohnya? Simak pembahasan berikut ini yuk!

Biaya ongkos kirim

Saat kamu berbelanja barang online melalui marketplace atau e-commerce, tentu saja ada biaya ongkos kirim yang harus kamu bayar.

Kalau sedang beruntung, ada banyak marketplace yang memberikan promo gratis ongkir apabila bertransaksi dengan nominal tertentu. Hal ini memang terdengar bagus dan menarik minat konsumen untuk berbelanja lebih agar mencapai batas minimal gratis ongkos kirim.

Tetapi, kalau kita cermati lebih jauh, promo gratis ongkos kirim tidak menjamin kamu bisa lebih hemat. Terkadang, ongkos kirim yang ditanggung hanya sebagian saja, selebihnya tetap kita bayar sendiri.

Apalagi kalau kamu belanja dari beberapa toko berbeda, perhitungan ongkos kirimnya juga akan terpisah-pisah. Hal ini semakin terasa rumit karena setiap marketplace menerapkan aturan berbeda-beda untuk bisa memakai fitur gratis ongkir.

Tanpa kamu sadari, biaya ongkos kirim yang kamu bayar setiap bulannya cukup besar loh. Kalau dari satu toko di marketplace kamu membayar ongkos kirim senilai 10 ribu rupiah, lalu kamu berbelanja dari 10 toko berbeda, kamu sudah menghabiskan 100 ribu rupiah hanya untuk ongkos kirim.

Terkadang, selama sebulan kita berbelanja beberapa kali dari beberapa toko berbeda. Alhasil, pengeluaran ongkos kirim bisa semakin bengkak. Apalagi kalau kamu menggunakan kurir instan yang biayanya jauh lebih mahal.

Untuk itu, biaya ongkos kirim ini termasuk dalam latte factor saat berbelanja online. Agar kamu lebih bijak, kamu bisa melakukan beberapa cara.

Misalnya, berbelanjalah dari toko yang sama, pilih jarak toko yang dekat dengan alamat pengiriman, dan maksimalkan penggunaan voucher gratis ongkirnya.

Biaya transfer antar bank

Buat kamu yang sudah terbiasa berbelanja online, tentu saja salah satu sistem pembayaran yang sering digunakan adalah online banking / mobile banking.

Dengan memanfaatkan pembayaran online, kamu bisa transfer sejumlah uang hanya melalui telepon genggam. Transaksi jual beli pun jadi semakin mudah.

Namun, kemudahan ini turut diikuti dengan risiko, salah satunya beban biaya transfer antar bank. Kamu mungkin harus mentransfer uang ke rekening bank yang berbeda dengan rekening bank milikmu. Sehingga, ada biaya administrasi yang harus kamu bayar, umumnya sebesar 6.500 rupiah.

Tidak hanya biaya transfer antar bank, beberapa aplikasi e-wallet pun membebankan biaya administrasi saat melakukan transaksi, baik saat top up saldo, saat transfer ke rekening bank, dan transaksi lainnya.

Memang sih nilainya kecil, sekitar 1.000 hingga 2.500 rupiah per transaksi. Tapi kalau dalam sebulan kita isi saldo berkali-kali, dan mentrsnfer uang berkali-kali, uang yang dihabiskan bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Untuk menyiasatinya, sebaiknya dari awal kamu sudah menentukan, berapa saldo yang ingin kamu isi di e-wallet kamu. Cukup satu kali top up, sudah mencukupi kebutuhanmu selama sebulan. Jadi, kamu hanya perlu membayar biaya administrasi satu kali saja.

Kalau kamu rutin mentransfer sejumlah uang ke rekening berbeda, kamu bisa memanfaatkan aplikasi trasnfer antar bank yang menggratiskan biaya admin.

Meskipun limit dan frekuensinya terbatas, aplikasi ini akan membantu kamu menghindari latte factor dari biaya admin transaksi perbankan.

Biaya pesan antar makanan

Perkembangan teknologi tidak berhenti pada layanan belanja online di marketplace saja, tetapi untuk hal esensial seperti pesan antar makanan pun sudah bisa dilakukan secara online.

Kamu pasti akrab dengan aplikasi penyedia jasa pesan antar makanan online. Ini sangat membantu, terlebih di saat pandemi seperti sekarang ini, ketika mobilitas di luar rumah menjadi sangat terbatas.

Namun, layanan pesan antar makanan ini bisa menimbulkan pemborosan jika dilakukan secara berlebihan. Karena, harga makananan di aplikasi pesan antar umumnya akan lebih mahal daripada harga makanan saat dibeli langsung di tokonya.

Selain itu, biaya pengantaran makanan matang lebih mahal dari ongkos kirim kurir logistik barang umum. Karena menuntut kecepatan dalam pengantaran makanan dan minuman, bahkan menuntut perlakuan khusus, misalnya tidak boleh dimiringkan karena bisa tumpah.

Tanpa kamu sadari, ongkos kirim dari pesan antar makanan bisa mencapai ratusan ribu rupiah per bulannya. Untuk menghindari latte factor yang satu ini, kamu bisa memanfaatkan promo potongan harga yang tersedia di aplikasi penyedia pesan antar makanan.

Kalau promonya tidak tersedia, mungkin kamu bisa mencoba belajar memasak sendiri di rumah ya. Selain lebih sehat, kamu bisa lebih berhemat kalau mengolah makanan sendiri di rumah.

Berbelanja secara online memang mudah dan menyenangkan. Tanpa usaha yang ribet, pesanan bisa diantar sampai ke depan rumahmu, hanya dengan sentuhan jari di layar HP kamu.

Tapi ingat, bijaksanalah dalam bertransaksi secara online ya! Kamu bisa nabung banyak kalo latte factor di atas bisa kamu atasi dengan baik.

Bahkan, pengeluaran ratusan ribu dari latte factor bisa kamu alihkan dengan memiliki asuransi kesehatan. Meskipun sama-sama mengeluarkan uang, membayar premi asuransi kesehatan akan melindungi kamu dari risiko beban biaya pengobatan.

Seperti asuransi kesehatan Avrist Simple Start, yang bisa kamu miliki hanya dengan membayar premi sebesar 198 ribu rupiah/bulan. Preminya terjangkau, manfaatnya jelas, dan tentu saja melindungi kamu dari risiko kesehatan. Yuk, bijak dalam berfinansial.