Sering Pindah Kantor Demi Gaji Tinggi? Awas, Perhatikan Hal Ini

0
3380
gaji tinggi

Menjamurnya usaha-usaha rintisan di sektor teknologi atau yang biasa disebut startup turut melahirkan banyak lowongan kerja yang menarik bagi para fresh graduate maupun pekerja generasi milenial. Terlebih lagi, penawaran gaji tinggi dari perusahaan-perusahaan rintisan tersebut. Tidak mengherankan bila fenomena “kutu loncat” di kalangan para pekerja muda menjadi tren tersendiri.

Banyak anak muda tak segan berpindah-pindah kantor demi mengejar penawaran gaji tinggi. Bahkan, tidak sedikit pekerja muda yang berani pindah kantor setahun hingga dua kali. Sebenarnya, sering berpindah-pindah tempat bekerja demi mendapatkan gaji lebih tinggi sah-sah saja. Bahkan, pindah kerja demi gaji lebih tinggi bisa menjadi jurus cepat meningkatkan penghasilan. Hanya saja, tanpa pengelolaan keuangan yang baik, kenaikan gaji bisa sia-sia bila melulu habis untuk konsumsi.

Bila Anda termasuk yang suka bergonta-ganti kantor demi gaji tinggi, lakukan lima jurus penting di bawah ini agar kondisi finansial tetap sehat dan aman:

1. Menambah dana darurat

Berganti pekerjaan dan memulai lagi masa percobaan di tempat kerja baru sebenarnya memiliki risiko. Di masa percobaan yang umumnya tiga bulan hingga se tahun, Anda menghadapi risiko tidak lulus dan perusahaan memutus kontrak Anda. Dengan kata lain, Anda berisiko kehilangan pekerjaan bila tidak lulus masa percobaan tersebut. Bukan cuma itu. Selama masa percobaan umumnya seorang pekerja belum mendapatkan benefit penuh dari pemberi kerja. Misalnya, hak cuti belum penuh, begitu juga benefit seperti asuransi kesehatan, atau bahkan nilai take home pay.

Baca juga: 5 Hal Penting agar Kenaikan Gaji Tidak Sia-Sia

Supaya risiko finansial akibat seringnya Anda berpindah-pindah kerja bisa terkelola, sebaiknya Anda menambah porsi penyisihan dana darurat. Bila biasanya Anda hanya menyisihkan 10% dari pendapatan rutin untuk tabungan dana darurat, mulailah untuk menambah porsi penyisihan bertahap minimal sebesar 15% dari pendapatan rutin. Memperbesar porsi penyisihan dana darurat adalah supaya nilai ideal dana darurat yang harus Anda miliki bisa segera terpenuhi.

Menurut saran perencana keuangan, dana darurat yang ideal bila Anda masih belum menikah adalah minimal sebesar tiga kali nilai pengeluaran rutin bulanan. Supaya lebih aman, akan lebih baik bila Anda juga memperbesar dana darurat paling tidak hingga enam kali nilai pengeluaran bulanan. Dana darurat ini akan sangat berguna menjadi penyangga penghasilan sementara apabila suatu saat Anda sampai tidak lolos masa percobaan di tempat kerja baru dan terpaksa kehilangan pekerjaan.

2. Menyelesaikan utang konsumtif

Manfaatkan selisih kenaikan gaji yang Anda dapatkan untuk menyelesaikan utang konsumtif lebih cepat. Misalnya, Anda selama ini hanya mampu membayar tagihan kartu kredit di angka pembayaran minimal. Dengan gaji baru, Anda bisa memakai selisih kenaikan tersebut untuk memperbesar pembayaran tagihan kartu kredit agar tidak terkena bunga yang semakin mahal.

Baca juga: Memiliki Rumah Sendiri sebelum Usia 30 dengan Langkah Ini

Bahkan bila memungkinkan, segera bayar dan selesaikan tagihan kartu kredit Anda agar tidak ada lagi sisa tagihan. Hal yang sama juga bisa Anda terapkan untuk penyelesaian jenis kredit konsumtif yang lain seperti cicilan sepeda motor atau mobil. Dengan mengurangi beban utang konsumtif, keuangan pribadi Anda bisa lebih leluasa untuk ditata secara optimal.

3. Lengkapi asuransi

Ketika Anda termasuk kutu loncat di dunia kerja demi mendapatkan gaji tinggi, pastikan Anda juga memperhatikan kecukupan kebutuhan proteksi. Ada banyak kasus di mana seorang sudah bergaji tinggi namun tidak memiliki proteksi diri yang memadai. Kebanyakan karena sudah mengandalkan asuransi yang disediakan oleh kantor tempat bekerja.

Namun, saat Anda sering berpindah tempat kerja, tidak ada salahnya melengkapinya dengan asuransi kesehatan pribadi. Misalnya, dari kantor tempat bekerja, Anda sudah mendapatkan benefit berupa asuransi kesehatan dengan skema hospital benefit. Supaya bisa lebih memadai, Anda bisa juga menambahkannya dengan produk asuransi kesehatan dengan skema cash plan atau santunan harian. Asuransi kesehatan penting untuk membantu Anda mengelola risiko finansial apabila sewaktu-waktu tidak bisa bekerja karena sakit.

Baca juga: Asuransi untuk Lajang: Yay atau Nay?

Selain asuransi kesehatan, jangan lupa pula asuransi jiwa apabila Anda saat ini sudah berperan sebagai penanggung nafkah keluarga. Dua jenis asuransi tersebut terbilang cukup penting supaya gaji tinggi yang Anda dapatkan bisa bermanfaat optimal.

Asuransi lain yang perlu Anda pertimbangkan adalah asuransi kerugian untuk aset-aset pribadi. Misalnya, asuransi untuk kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil. Alokasikan sekitar 10%-15% dari pendapatan bulanan untuk menutup kebutuhan asuransi demi kenyamanan hidup.

4. Kejar tujuan keuangan lebih cepat

Masih muda dan gaji sudah cukup besar. Akan sangat disayangkan bila gaji yang besar tidak Anda manfaatkan secara optimal. Jadi, mumpung masih muda dengan pendapatan tinggi, sebaiknya Anda memanfaatkannya untuk mempercepat tujuan keuangan yang penting. Seperti, mempercepat pembelian rumah, menabung kebutuhan biaya menikah, memulai tabungan pensiun, hingga tujuan keuangan yang sifatnya rekreatif seperti biaya liburan ke benua lain, dan lain sebagainya.

Sebagai gambaran, dengan gaji Rp5 juta per bulan, mimpi Anda membeli rumah dengan memanfaatkan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) mungkin baru tercapai setelah bekerja 5 tahun. Itupun sekadar untuk mengumpulkan kebutuhan uang muka. Tapi, dengan gaji di atas Rp15 juta per bulan, Anda bisa mengumpulkan kebutuhan uang muka lebih cepat.

5. Menambah porsi investasi

Ada banyak anak muda yang berhasil memiliki pendapatan besar di atas Rp20 juta per bulan dengan jurus kutu loncat. Namun, tidak sedikit yang gagal mengoptimalkan manfaat gaji yang besar tersebut karena terjebak pengeluaran gaya hidup yang konsumtif. Supaya penghasilan besar yang Anda miliki tidak habis untuk pengeluaran konsumtif, mulailah berinvestasi sedini mungkin. Dengan berinvestasi, Anda bisa melawan risiko inflasi jangka panjang sehingga penghasilan yang Anda miliki saat ini bisa tetap bernilai di masa mendatang.

Penghasilan yang lebih besar berarti porsi investasi Anda perlu juga ditingkatkan. Sebagai gambaran, ketika memiliki gaji Rp7 juta, Anda hanya menyisihkan 10% dari pendapatan atau Rp700 ribu untuk berinvestasi. Ketika gaji Anda melompat hingga Rp18 juta, maka porsi pendapatan yang bisa Anda sisihkan otomatis lebih besar yaitu minimal Rp1,8 juta.

Dengan menempuh lima hal di atas, kenaikan gaji yang Anda dapatkan dari hasil berpindah-pindah kerja bisa lebih optimal.