Asuransi untuk Lajang: Yay or Nay?

0
1768
lajang

Saskia (25), seorang karyawan swasta di bilangan Jakarta Selatan. Di usianya yang baru pertengahan kepala dua, Saskia masih berstatus lajang. Dn kini Saskia tengah dilema dan berpikir apakah dirinya perlu memiliki asuransi atau tidak.

Dengan status masih lajang atau belum menikah, Saskia sebenarnya merasa belum terlalu membutuhkan asuransi. Walau kini sering memberikan sebagian penghasilan untuk adik-adiknya yang masih bersekolah, tetapi kebutuhan keluarga Saskia sejauh ini masih menjadi tanggung jawab orangtua mereka.

Akan tetapi, di sisi lain, Saskia merasa asuransi di tempat dia bekerja saat ini belum memadai. Maklum, dia bekerja di perusahaan startup yang masih sangat muda sehingga fasilitas asuransi kesehatan yang diberikan pun baru sebatas asuransi dasar seperti BPJS Kesehatan.

Dengan beban kerja yang mulai meningkat dan kerap menguras waktu istirahat, Saskia menilai, kebutuhan atas asuransi kesehatan yang lebih praktis dan optimal pelayanannya semakin mendesak. Ini sebagai langkah antisipasi bila sewaktu-waktu dia jatuh sakit dan membutuhkan layanan kesehatan lebih cepat. Apalagi, orangtua Saskia akan pensiun, membuat ia perlu bersiap-siap menanggung kebutuhan finansial adik-adiknya.

Anda memiliki cerita yang mirip dengan Saskia? Banyak kalangan lajang yang baru menapaki fase membangun karir dihadapkan pada kegalauan tentang pengelolaan kebutuhan proteksi finansial, seperti Saskia. Ada pertanyaan mendasar yang sering muncul: Apakah seorang lajang membutuhkan asuransi?

Jawabannya: ya, lajang juga perlu asuransi. Sebab pada dasarnya, asuransi dibutuhkan oleh siapa saja yang memang memiliki risiko finansial. Jadi, kebutuhan asuransi bukan hanya dibutuhkan oleh mereka yang sudah berkeluarga atau memiliki tanggungan. Selama, seseorang memiliki risiko yang dapat mempengaruhi kondisi finansial mereka ketika risiko itu terjadi, itu berarti dia membutuhkan asuransi.

Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit, baik tua maupun muda, status menikah atau lajang. Sayangnya, di Indonesia sejauh ini belum ada data lengkap yang bisa mengungkap berapa jumlah kunjungan berobat di tiap kelompok usia atau status. Tapi, data dari negeri tetangga Australia mungkin bisa jadi gambaran bahwa sakit tidaklah mengenal usia ataupun status pernikahan.

Mengutip Finder.com.au, sepanjang tahun 2015-2016, kelompok usia muda yaitu antara 25-34 tahun tercatat sebagai kelompok usia yang paling banyak datang berobat ke rumahsakit (hospital visit) dalam kasus gawat darurat. Sebanyak 1,02 juta anak muda Australia mendatangi layanan gawat darurat di rumahsakit untuk mendapatkan pengobatan. Lalu, sekitar 27% kunjungan rumah sakit dari berbagai segmen usia kebanyakan karena masalah kecelakaan, keracunan dan sebab lain yang bermacam-macam.

Berdasarkan pemberitaan Katadata.co.id, Juli 2017, tren penduduk usia muda yang menderita penyakit mematikan seperti stroke dari tahun ke tahun terus meningkat. Sekitar 11 persen penduduk yang terdiagnosis gejala stroke berasal dari usia 35-44 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa penyakit mematikan itu tidak hanya menyerang usia senja, namun lebih berbahaya karena mulai menyasar usia-usia muda. Dengan tren seperti ini, penderita penyakit degeneratif diperkirakan akan terus meningkat terutama pada kelompok usia muda.

Baca juga: Cara Kelola Keuangan untuk Generasi Zaman Now

Data-data di atas menegaskan, kelompok usia muda dan lajang sama-sama menanggung risiko yang tidak kecil untuk kejadian sakit, kecelakaan bahkan kematian. Lebih-lebih dengan tren gaya hidup serba praktis dan instan seperti saat ini yang membuat orang kian minim bergerak dan makan makanan segar dari alam. Risiko sakit bahkan kematian usia muda turut meningkat.

Ketika seseorang jatuh sakit, dia membutuhkan biaya untuk berobat. Bila tidak memiliki asuransi kesehatan, seseorang mau tidak mau harus mengeluarkan dana khusus untuk berobat di mana nilai pengeluarannya bisa jadi akan lebih besar dari dana yang telah dia persiapkan.

Lain cerita bila seseorang sudah memiliki asuransi kesehatan. Ketika jatuh sakit, perusahaan asuransi akan menutup biaya tersebut. Dengan demikian, ketika risiko itu terjadi, kondisi keuangan Anda tidak perlu ikut terpengaruh. Atau, paling tidak Anda bisa memperkecil dampak finansial akibat sakit. Di sinilah pentingnya memiliki asuransi bagi lajang.

Nah, berikut ini cara menentukan kebutuhan asuransi bagi si lajang:

Apa saja, sih, kebutuhan asuransi lajang zaman now?

Walau Anda masih muda dan lajang, bukan berarti Anda tidak memiliki risiko finansial. Di usia muda dan lajang, risiko yang biasa muncul adalah risiko kesehatan, risiko kecelakaan, risiko kerugian akibat kendaraan atau properti rusak, bahkan risiko kematian.

Untuk lebih memperjelas tingkat kebutuhan Anda atas asuransi, cobalah melihat gaya hidup Anda saat ini. Bila Anda merokok, jarang berolahraga dan senang makanan junkfood, besar kemungkinan tingkat risiko kesehatan Anda lebih tinggi walau usia masih muda dan lajang.

Begitu juga untuk risiko kecelakaan. Apabila Anda sering travelling atau mobilitas Anda tergolong tinggi, Anda bisa melengkapi proteksi dengan asuransi kecelakaan. Bagaimana dengan asuransi jiwa? Jika Anda saat ini menanggung hidup adik atau orangtua Anda, akan lebih baik bila mengelola risiko finansial melalui asuransi jiwa. Dengan demikian, bila terjadi risiko pada Anda selaku pencari nafkah, Anda bisa meminimalisasi guncangan finansial pada keluarga yang Anda tanggung.

Berapa porsi penghasilan yang idealnya dialokasikan untuk membayar premi asuransi?

Berasuransi berarti Anda mengalihkan risiko pada pihak ketiga yaitu perusahaan asuransi, melalui pembayaran premi asuransi. Ini berarti, dalam pencatatan keuangan pribadi, kebutuhan asuransi masuk dalam kolom biaya. Tidak ada angka baku berapa besar pengeluaran asuransi. Namun, menganggarkan 10% dari penghasilan Anda untuk menutup kebutuhan premi asuransi, seharusnya sudah memadai.

Bagaimana cara yang tepat bagi anak muda dalam menentukan prioritas asuransi yang perlu dipenuhi?

Ada banyak jenis kebutuhan asuransi, dan Anda tidak harus melengkapinya langsung sekaligus. Anda bisa menutupnya bertahap sesuai dengan kemampuan finansial Anda dan prioritas kebutuhan. Misalnya, kasus Saskia di mana kebutuhan asuransi kesehatannya lebih mendesak dibandingkan asuransi jiwa, maka dia bisa mendahulukan untuk membeli asuransi kesehatan ketimbang jenis asuransi lain yang mungkin masih bisa menunggu.

Baca juga: Jadwal Konser Musik 2018 di Indonesia 

Apa produk asuransi yang tepat untuk generasi zaman now?

Produk asuransi memiliki beragam jenis, fiturnya pun bermacam-macam. Untuk asuransi kesehatan misalnya, ada yang berjenis santunan harian (cashplan), ada juga juga jenis hospital benefit, dan lain sebagainya. Ada yang sistemnya reimbursment, ada juga yang cashless.

Bila mementingkan kepraktisan, akan lebih baik Anda memilih asuransi yang sistemnya cashless (memakai kartu) dan memberikan proteksi memadai. Tentu saja dengan tetap menimbang kemampuan finansial Anda dalam membayar premi. Lihat juga coverage area asuransi. Untuk antisipasi sifat kedaruratan, akan lebih baik bila Anda memilih asuransi di mana provider rumahsakitnya berlokasi tak jauh dari domisili Anda.

Dengan berasuransi, anak muda yang lajang bisa terbantu mengelola risiko finansial sehingga masa depan keuangan pribadi terjaga baik.