6 Jebakan Gaya Hidup yang Membahayakan Kantong Para Milenial

0
13230
jebakan gaya hidup

Memiliki gaji besar hingga dua digit juta rupiah per bulan, mungkin menjadi mimpi banyak orang terutama kalangan anak muda yang baru memasuki angkatan kerja. Di sekitar kita, saat ini sudah semakin sering kita temui anak muda yang sudah mampu mencetak penghasilan bulanan hingga puluhan juta rupiah. Sesuatu yang bahkan mungkin belum mampu dicapai oleh orang-orang dengan usia di atasnya.

Gaji yang besar harus diakui akan memberi keleluasaan lebih bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mempersiapkan kebutuhan masa depan yang lebih mapan, juga keleluasaan menuruti tuntutan gaya hidup yang menyenangkan. Namun, di balik penghasilan yang besar tersebut, bukan berarti tidak akan ada masalah finansial sama sekali. Memiliki gaji besar di atas rata-rata namun tidak diiringi dengan kejelian mengelola isi dompet, berisiko bisa menghabiskan pendapatan tanpa tersisa karena digunakan untuk hal-hal konsumtif.

Tantangan finansial anak muda “zaman now”

Memiliki gaji yang memadai namun nilai saldo tabungan minim, tidak memiliki asuransi, dan tidak punya investasi apapun untuk persiapan kebutuhan di masa depan. Inilah mungkin tantangan finansial terbesar yang dihadapi anak muda zaman now.

Mengutip survei yang digelar oleh Credit Karma seperti dilansir oleh Forbes (April 2018), terungkap bahwa hampir 40% generasi milenial di Amerika Serikat (AS) menghabiskan uang yang tidak dimilikinya dan “rela” terlilit utang demi mengejar tuntutan gaya hidup dan tekanan sosial. Survei ini tidak berbeda dengan yang diungkap oleh GoBankingRates seperti dikutip Kompas (Februari 2018) yang menyebutkan, semakin banyak generasi milenial di AS yang tidak memiliki tabungan sama sekali.

Sebagian besar generasi milenial muda, yaitu mereka yang berusia antara 18-24 tahun, memiliki saldo tabungan kurang dari US$1.000 atau tak sampai Rp15 juta. Separo di antaranya bahkan tidak memiliki tabungan sama sekali di rekening. Sedangkan kelompok milenial tua yang berusia antara 25 tahun sampai 34 tahun, mengaku kesulitan menyisihkan penghasilan mereka untuk tabungan atau dana darurat. Berdasarkan survei tersebut, sekitar 41% generasi milenial tua mengaku tidak memiliki tabungan sama sekali. Minimnya tabungan terutama disebabkan oleh penghasilan habis untuk memenuhi tuntutan gaya hidup konsumtif.

Baca juga: Bagaimana Cara Kelola Keuangan untuk Generasi Anak Zaman Now?

Bagaimana di Indonesia? Sejauh ini memang belum ada survei yang mengungkapkan kondisi keuangan generasi milenial. Akan tetapi, berdasarkan survei literasi finansial yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan seperti dikutip oleh Detik (Mei 2018), terungkap bahwa pemahaman keuangan di kalangan generasi muda masih terbilang rendah.

Akses yang semakin mudah terhadap produk keuangan dan gaya hidup namun tidak dibarengi oleh pengetahuan finansial yang memadai, akhirnya juga meningkatkan risiko terjadinya masalah keuangan. Masalah keuangan ini misalnya terlilit utang konsumtif, kepemilikan aset yang minim, risiko pensiun dalam kondisi miskin, dan lain sebagainya.

Nah, bagi Anda yang enggan terjebak masalah finansial, sebaiknya Anda mengenali apa saja jebakan gaya hidup yang umum dihadapi anak muda dan cara menyiasati berikut ini:

1. Hangout

Era media sosial mendorong banyak orang untuk terus mencari pengalaman baru yang nanti bisa dipajang di media sosial pribadi. Pengalaman baru yang diburu salah satunya adalah hangout alias nongkrong di tempat-tempat hits kekinian, apakah itu kafe, warung kekinian, dan lain sebagainya.

Sebenarnya, hangout dan berkumpul dengan teman-teman sebaya adalah salah satu kebutuhan penting manusia sebagai makhluk sosial. Namun, meski begitu, Anda perlu memiliki batasan supaya acara hangouttersebut tidak sampai membuat isi kantong Anda terpuruk.

Baca juga: Teman Hobi Traveling Tapi “BPJS”? Begini Cara Mengingatkannya

Bayangkan bila setiap hangout bisa menghabiskan biaya Rp300.000 dan Anda melakukannya minimal tiap akhir pekan. Dalam 1 bulan berarti Anda menghabiskan minimal Rp1,2 juta hanya untuk nongkrong bersama teman. Akan menjadi masalah besar bila Anda rutin menghabiskan penghasilan sebesar itu untuk hangout, namun di saat yang sama Anda tidak memiliki tabungan dan asuransi kesehatan.

Apa yang bisa Anda lakukan agar hangout tidak merusak dompet? Tidak perlu ekstrim puasa hangout. Yang perlu Anda lakukan adalah memiliki batasan budget yang jelas. Anggaplah Anda tetapkan budget Rp1 juta per bulan untuk kebutuhan nongkrong. Dengan begitu Anda terhindar dari aksi impulsif nongkrong.

2. Belanja fashion

Penampilan memang penting, tapi penampilan bukanlah segalanya. Anda tentu mengenal Mark Zuckerberg, triliuner pemilik jejaring sosial Facebook. Walau uangnya melimpah ruah, Zuckerberg dikenal sebagai orang yang enggan mendewakan penampilan. Cukup tampil dengan kaos abu-abu dan jeans, Zuckerberg tetap dihormati sebagai seorang anak muda jenius abad ini.

Banyak anak muda yang rela menghabiskan jutaan rupiah setiap bulan hanya untuk membeli pakaian atau sepatu. Walau pakaian dan sepatu penting, Anda bisa, kok, membatasinya dengan belanja tiap tiga bulan sekali saja atau belanja ketika memiliki pendapatan ekstra saja.

3. Liburan

Mengejar pengalaman baru bukan hanya melalui kuliner atau tempat nongkrong. Anak muda zaman sekarang banyak juga yang menjadikan traveling sebagai gaya hidup. Sah-sah saja bila memang Anda memiliki kemampuan untuk membiayai keinginan traveling dengan uang sendiri. Yang jadi masalah, banyak orang yang terjebak keinginan berpelesir dengan berutang memakai kartu kredit bahkan berani memakai pinjaman tanpa agunan!

Baca juga: Hobi Traveling Harus Tahu Pentingnya Asuransi Perjalanan

Anda bisa tetap memenuhi kebutuhan refreshing melalui traveling yang bijak. Caranya, buatlah perencanaan yang jelas termasuk dari mana Anda akan membiayai kebutuhan traveling tersebut. Misalnya, targetkan berlibur setahun dua kali. Buatlah dana tabungan khusus untuk mendukung keinginan itu dengan menyisihkan sebagian penghasilan secara rutin. Sehingga, acara traveling tidak menjadi boomerangfinansial di kemudian hari.

4. Gadget

Memuaskan rasanya bila memiliki gawai paling canggih dan terkini. Banyak orang yang bahkan rela mengambil utang kartu kredit dan pinjaman tanpa agunan, demi memiliki gadget terbaru. Anda bisa, kok, menghindari jebakan ini selama mampu berpikir rasional. Bila gadget yang Anda miliki sekarang masih mampu memenuhi fungsinya, tidak perlu juga, kan, menggantinya dengan yang lebih baru dan lebih mahal?

5. Tidak bijak memakai kartu kredit

Jebakan gaya hidup yang dihadapi anak muda kekinian menjadi begitu berat ditolak ketika masalah pembiayaan “dipermudah” oleh kehadiran kartu kredit atau aplikasi cicilan tanpa kartu lain yang kini marak hadir di sekitar kita. Padahal, sesuai namanya, kartu kredit adalah utang yang biayanya sangat mahal mencapai 27% per tahun!

Baca juga: Perlukah Memiliki Asuransi Kartu Kredit?

Bila Anda memakai kartu kredit lebih banyak untuk belanja konsumtif tanpa menghitung kemampuan membayar tagihannya kelak, bisa dipastikan Anda memiliki masalah finansial yang gawat. Agar terhindar dari hal ini, pastikan Anda memiliki dana atas apa yang Anda belanjakan memakai kartu kredit. Biasakan membayar tagihan kartu kredit 100% dan hindari menyicil barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu Anda butuhkan.

6. Mengabaikan lifestyle yang sudah dibangun

Sebetulnya, banyak anak muda yang sudah melakoni gaya hidup positif seperti menabung untuk down payment (DP) rumah atau mobil, menabung untuk pergi umroh atau naik haji, menabung untuk traveling,dan punya investasi untuk dana pensiun. Tapi di sisi lain, anak muda lupa melindungi diri dengan memiliki asuransi kesehatan. Sehingga, ketika ia sakit, dana tabungan dan investasi yang selama ini disimpan harus digunakan untuk biaya pengobatan. Alhasil, ia tidak bisa mewujudkan hal-hal yang sudah lama direncanakan seperti punya rumah, mobil, jalan-jalan, atau menikmati hari tua dengan nyaman.

Agar impian-impian di masa depan dapat terwujud, maka anak muda tidak boleh mengabaikan lifestylepositif yang sudah dibangun. Salah satunya ialah melindungi diri dari risiko kejatuhan finansial karena sakit dengan memiliki asuransi kesehatan.

Baca juga: Mana Baiknya dipilih oleh Anak Muda: Asuransi Jiwa atau Asuransi Kesehatan?

Dengan mengenal berbagai jebakan gaya hidup di atas, penghasilan besar yang Anda dapatkan dari kerja keras bisa lebih optimal manfaatnya. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan asuransi, menabung dana darurat sampai menyiapkan kebutuhan dana masa depan. Sudah siap berubah?

Credit photos: PEXELS.COM