Apa yang Harus Dilakukan Bila Belum Punya Asuransi di Usia 40?

0
4923
40 tahun

“Life begin at 40”

Begitulah ungkapan yang sering terdengar bila menyoal usia kepala empat. Hidup dimulai di usia 40 tahun. Ungkapan ini lahir dari pemahaman bahwa di usia kepala empat, seseorang biasanya sudah cukup mapan baik dari sisi finansial, keluarga, maupun spiritual. Di usia kepala empat, seseorang umumnya sudah semakin dekat dengan puncak karir. Statusnya pun kemungkinan sudah berkeluarga dan secara finansial sudah cukup mapan.

Dalam perspektif perencanaan keuangan, usia 40-an ini seseorang masih berada dalam tahap akumulasi kekayaan karena diasumsikan dia sudah bekerja lebih dari 10 tahun. Namun, di usia ini pula biasanya pengeluaran atau tingkat konsumsi mencapai puncaknya. Beban cicilan cukup banyak, mulai dari cicilan rumah, cicilan mobil hingga cicilan kartu kredit. Ditambah lagi pengeluaran untuk biaya sekolah anak, biaya kesehatan, pengeluaran untuk kebutuhan sosial, dan lain sebagainya. Itulah mengapa di usia empat puluhan, pengelolaan keuangan yang tepat sudah menjadi keharusan.

Hal itu disadari oleh Yohan Umar (42 tahun), karyawan swasta di bilangan Jakarta Selatan. Di usianya saat ini, Yohan sudah menduduki jabatan sebagai manajer dengan pendapatan yang memadai untuk menutup kebutuhan keluarganya. Anak-anak Yohan sudah mulai bersekolah di tingkat dasar dan yang terkecil masih balita. Sedangkan istri Yohan mengelola usaha kecil-kecilan di rumah untuk menambah penghasilan keluarga.

Akan tetapi, sampai usianya menginjak kepala empat, Yohan belum melengkapi kebutuhan finansial keluarga mereka dengan berasuransi. Untuk asuransi kesehatan, Yohan memakai BPJS Kesehatan dan asuransi dari kantor. Tetapi, untuk kebutuhan asuransi jiwa, dia sama sekali tidak memiliki.

Yohan menyadari bahwa sebagai kepala keluarga dia berperan sebagai pencari nafkah utama keluarga. Bila terjadi risiko meninggal dunia, keluarganya tidak hanya akan terpukul karena kehilangan ayah tetapi juga akan terguncang kehidupannya akibat tidak ada lagi penyokong finansial keluarga.

Apakah Anda berprofil seperti Yohan? Usia sudah kepala empat, berperan sebagai pencari nafkah utama keluarga tetapi tidak memiliki perlindungan jiwa yang memadai? Apa yang harus dilakukan?

Baca juga: Tips Pilih Tawaran Pekerjaan

Kesadaran berasuransi masih rendah

Kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia memang masih rendah. Sampai tahun 2017, mengutip CNBC Indonesia, penetrasi asuransi terhadap produk domestik bruto (PDB) di Indonesia baru mencapai 2,99%. Lebih rendah bilang dibandingkan negeri jiran seperti Singapura, Malaysia dan Thailand di mana angka penetrasi asuransi sudah di atas 5%.

Tingkat utilitas asuransi di Indonesia baru mencapai 11,81%. Ini berarti, dari 100 penduduk di Indonesia baru 11 orang yang memiliki polis asuransi. Padahal, keberadaan asuransi sangat penting untuk mendukung pengelolaan finansial yang lebih baik.

Paling tidak ada 3 jenis asuransi yang penting dimiliki oleh tiap orang, tentu dengan menimbang kebutuhan. Pertama, asuransi jiwa. Jenis asuransi ini wajib dimiliki oleh mereka yang memiliki tanggungan jiwa. Misalnya, kepala keluarga, pencari nafkah utama keluarga. Asuransi jiwa menanggung kerugian finansial ketika si tertanggung atau pemegang polis meninggal dunia.

Bila tertanggung meninggal dunia, manfaat finansial asuransi atau uang pertanggungan bisa digunakan oleh ahli waris untuk melanjutkan hidup. Asuransi jiwa memang tidak bisa mencegah kematian. Tetapi, asuransi jiwa dapat meringankan beban finansial anggota keluarga ketika pencari nafkah meninggal dunia.

Kedua, asuransi kesehatan. Risiko sakit ditanggung oleh hampir semua orang. Terlebih bila sudah menginjak usia kepala empat, risiko terserang penyakit bisa lebih besar. Untuk menanggulangi risiko biaya kesehatan akibat sakit, Anda bisa mengantisipasinya dengan asuransi kesehatan.

Ketiga, asuransi kerugian. Aset seperti rumah dan kendaraan tidak kebal dari berbagai risiko, mulai dari risiko kebakaran, risiko pencurian, sampai risiko banjir dan kerusuhan. Anda bisa mengelola risiko finansial dari berbagai hal tersebut dengan asuransi kerugian.

Belum terlambat untuk berbenah

Nah, bila kini Anda sudah berkepala empat namun belum memiliki asuransi, apakah itu asuransi jiwa, kesehatan atau kerugian, segeralah berbenah. Usia 40-an tahun justru menjadi pertanda Anda perlu lebih serius membenahi pengelolaan finansial supaya tidak semakin terlambat. Semakin Anda menunda berasuransi, risiko dan biaya yang harus Anda tanggung di masa mendatang akan semakin besar.

Baca juga: Pilihan Investasi untuk Generasi Millenial

Berikut ini beberapa langkah yang perlu Anda lakukan:

1. Ketahui kebutuhan

Apa saja kebutuhan asuransi yang perlu Anda penuhi? Bila Anda seorang pencari nafkah utama, maka asuransi jiwa harus Anda miliki. Begitu juga bila Anda dan keluarga belum memiliki asuransi kesehatan, masukkan itu dalam daftar asuransi yang harus Anda lengkapi. Pun halnya dengan asuransi kerugian seperti asuransi rumah dan asuransi mobil, masukkan dalam prioritas juga.

2. Lihat budget

Berasuransi artinya Anda membeli asuransi dengan membayar sejumlah premi untuk manfaat tertentu. Dalam catatan keuangan, asuransi masuk di kolom biaya. Ini berkaitan dengan kemampuan Anda membayar premi. Sehingga, Anda perlu mengecek berapa kemampuan budget yang Anda miliki untuk asuransi? Sejauh ini belum ada acuan tentang berapa nilai ideal pengeluaran untuk premi asuransi. Tapi, Anda bisa memakai angka 10% dari total penghasilan rutin sebagai pos budget biaya asuransi.

O, ya, dengan menentukan budget, Anda bisa membuat prioritas asuransi mana yang perlu Anda lengkapi lebih dulu. Misalnya, budget Anda terbatas sedangkan Anda belum memiliki asuransi jiwa tetapi sudah memiliki asuransi kesehatan dasar dalam bentuk BPJS Kesehatan. Maka, akan lebih baik bila Anda fokus lebih dulu pada asuransi jiwa.

3. Hitung kebutuhan

Anggaplah prioritas Anda adalah melengkapi diri dengan asuransi jiwa. Sebelum memutuskan membeli, Anda perlu menghitung lebih dulu berapa kebutuhan uang pertanggungan yang memadai.

Misalnya, kebutuhan uang pertanggungan Anda adalah Rp1 miliar, maka carilah asuransi dengan uang pertanggungan senilai itu dengan premi yang masuk ke kemampuan budget Anda. Semakin berisiko profil tertanggung, semakin mahal pula preminya. Risiko dilihat dari usia, merokok atau tidak, risiko pekerjaan, dan sebagainya.

4. Cari provider asuransi yang tepat

Setelah mengetahui kebutuhan, saatnya eksekusi. Bandingkan penawaran produk dari berbagai provider atau perusahaan asuransi. Carilah provider yang terbukti layanannya berkualitas dan memiliki rekam jejak yang baik. Premi murah tapi layanan kurang baik, tentu kurang ideal.

Baca juga: Cara Kelola Keuangan Zaman Now

Jadi, belum terlambat untuk memiliki asuransi jiwa, asuransi kesehatan, dan asuransi kerugian, meski sudah berkepala empat. Masih menimbang-nimbang produk yang tepat? Percayakan saja kebutuhan perlindungan Anda sekeluarga pada Avrist Assurance.

Dengan cara tepat dan provider terpercaya, tak ada lagi kata terlambat untuk perlindungan diri serta keluarga.