Menabung untuk Masa Depan Sejahtera dengan Reksa Dana

0
3421
reksa dana

Generasi anak “zaman now” yang kini masih berusia kepala dua mungkin tak sempat akrab dengan kepopuleran “tabanas” atau produk tabungan nasional di era 1980-an. Ketika itu, kampanye tentang pentingnya menabung uang demi masa depan finansial yang sejahtera, massif dijalankan oleh pemerintah. Menabung uang di produk tabungan bank pun menjadi tren baru.

Sekian dekade kemudian, apakah menabung uang di bank masih menjadi pilihan tepat untuk membangun masa depan finansial yang baik?

Lain zaman, lain jawaban. Dahulu, kala tabanas begitu populer, menyisihkan dan menempatkan sejumlah uang di bank mungkin pilihan yang tepat ketimbang menyimpan uang di bawah bantal. Tapi saat ini, menyimpan uang di produk tabungan bank justru tidak lagi efektif.

Mengapa demikian? Ini tak lain karena karakter produk tabungan di bank “zaman now” sudah berbeda. Kini, ketika menyimpan uang di tabungan bank, nasabah justru banyak menanggung beban biaya. Mulai dari biaya administrasi, biaya ATM, beban pajak tabungan dan lain sebagainya. Bunga tabungan juga sangat kecil tak sampai 2% per tahun. Bila inflasi tahunan mencapai 6%, maka uang yang Anda simpan di bank dengan imbal hasil sebesar itu tidak akan mampu berkembang. Malah menurun nilainya.

Sebagai gambaran, Anda menempatkan uang di tabungan bank sebesar Rp10 juta selama 2 tahun dengan imbal hasil atau bunga simpanan 2% per tahun. Selama rentang waktu tersebut tingkat inflasi mencapai 6%. Jangan kaget bila setelah 2 tahun, nilai uang Anda menurun menjadi Rp8,91 juta!

Ini karena imbal hasil yang Anda dapatkan di produk tabungan tersebut masih di bawah laju inflasi sehingga nilai uang justru menurun. Mungkin dana Anda tetap sebesar Rp10 juta, akan tetapi nilainya lebih rendah akibat inflasi kenaikan harga barang dan jasa. Bila demikian, tentu sulit menyebut tabungan bank sebagai pilihan instrumen yang tepat untuk menyiapkan kebutuhan masa depan.

Baca juga: Tips Cepat Kumpulkan Dana Pensiun

Saatnya investasi, dong!

Harus diakui, kesadaran orang Indonesia untuk menyiapkan masa depan melalui produk yang berpeluang tumbuh di atas inflasi, masih relatif rendah. Mengutip hasil riset Inside ID yang dikutip oleh Kontan.co.id,Februari 2018 lalu, terungkap, mayoritas masyarakat Indonesia masih lebih nyaman menabung dana mereka di bank untuk kebutuhan masa depan ketimbang mengalokasikannya di produk investasi.

Riset itu menyebut, rata-rata orang mengalokasikan 13% pendapatan mereka untuk pos tabungan dan investasi. Dari angka itu, sebanyak 79% ditempatkan di produk tabungan sementara 21% dialokasikan di produk investasi. Ini tidak terlepas dari risk appetite atau toleransi risiko mayoritas orang Indonesia yang masih relatif rendah.

Kebanyakan orang Indonesia lebih suka bermain aman dengan menaruh uang mereka di tabungan bank ketimbang berinvestasi di produk investasi yang lebih berisiko akan tetapi berimbal hasil lebih tinggi. Bersikeras untuk main aman seperti ini, justru bisa berisiko bagi Anda. Menyiapkan kebutuhan finansial masa depan di produk yang tidak mampu tumbuh melawan laju inflasi, bisa menggagalkan target Anda.

Mari menyimak ilustrasi berikut ini: Bapak A menempatkan uang sebesar Rp500.000 secara rutin di produk tabungan rencana bank yang memberi imbal hasil 3% per tahun selama 4 tahun. Di akhir tahun keempat, dia berhasil mengumpulkan uang Rp25,52 juta. Angka ini belum dipotong pajak bunga tabungan sebesar 20%.

Sedangkan Bapak B memilih menempatkan dananya secara rutin di reksa dana berimbal hasil rata-rata 10% per tahun sebesar Rp500.000 selama 4 tahun. Di akhir tahun keempat, dia berhasil mengumpulkan uang Rp29,6 juta tanpa dipotong pajak. Ada selisih cukup signifikan sebesar Rp4 juta-an hanya karena perbedaan pilihan instrumen penempatan dana.

Sayangnya, hingga kini kebanyakan orang Indonesia juga masih lebih banyak berinvestasi dalam bentuk emas, properti, dan deposito. Padahal, selain tiga jenis instrumen investasi tersebut, masih ada banyak pilihan produk investasi yang bisa membantu Anda menyiapkan kebutuhan di masa depan. Salah satunya adalah produk reksa dana.

Menyiapkan masa depan dengan reksa dana

Reksa dana disebut juga dengan istilah Kontrak Investasi Kolektif (KIK) atau mutual fund. Reksa dana dikelola oleh manajer investasi. Ini adalah sebuah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat (investor), di mana dana tersebut diputar dan diinvestasikan dalam portofolio efek oleh si manajer investasi. Portofolio efek antara lain saham, obligasi, sukuk, deposito.

Karena termasuk produk investasi, reksa dana memiliki risiko. Tidak seperti tabungan bank di mana dana di bawah Rp2 miliar dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan, dana Anda di reksa dana tidak ada jaminan. Sehingga Anda menanggung risiko kehilangan atau penurunan nilai modal investasi seiring fluktuasi pasar. Namun, Anda perlu ingat hukum investasi “high risk, high return”.

Baca juga: Langkah Mudah untuk Menabung

Reksa dana mungkin lebih berisiko dibandingkan tabungan bank, tetapi potensi pertumbuhan dananya jauh lebih tinggi. Sebuah produk reksa dana bahkan mampu tumbuh hingga di atas 30% per tahun, tergantung jenis dan underlying asset-nya.

Tertarik menabung masa depan dengan reksa dana? Berikut ini langkah-langkah menyusun kebutuhan masa depan dengan reksa dana:

1. Tentukan tujuan keuangan

Ini adalah langkah pertama yang penting. Dengan mengetahui tujuan keuangan, Anda bisa menentukan produk investasi yang tepat dan membantu evaluasi kinerja produk. Tujuan keuangan harus memuat, apa tujuan pemakaian dana (bisa dana pensiun, dana sekolah anak, dana pembelian rumah, dan sebagainya), target pemakaian dana (apakah 1 tahun atau 5 tahun lagi), produk investasi apa yang tepat.

2. Pahami profil risiko

Dengan mengetahui profil risiko Anda bisa menjalankan investasi dengan nyaman. Gambarannya, Anda kurang nyaman dengan fluktuasi pasar yang terlalu tajam sehingga profil risiko Anda termasuk konservatif. Maka, pilihan reksa dana yang tepat adalah reksa dana dengan risiko relatif rendah seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana campuran. Sedangkan reksa dana saham tepat untuk membantu tujuan keuangan jangka panjang dengan profil risiko agresif.

3. Pilih produk yang tepat dan pelajari

Ada banyak produk reksa dana di pasar yang dapat Anda pilih. Pilihlah yang memiliki rekam jejak kinerja bagus, dikelola oleh manajer investasi berpengalaman dan yang biayanya relatif lebih murah. Sebelum memutuskan berinvestasi reksa dana, Anda perlu mempelajari prospektusnya. Ciri produk reksa dana yang baik adalah yang kinerjanya stabil dan konsisten mencetak return atau imbal hasil di atas kinerja aset dasar.

3. Beli sekarang juga

Setelah memutuskan pilihan produk reksa dana yang tepat, saatnya Anda mengeksekusi. Cara belinya mudah. Anda tinggal mengisi formulir pembelian yang tersedia di manajer investasi, menyetorkan dana ke rekening bank kustodian. Manajer investasi menetapkan minimum pembelian mulai Rp100.000.

4. Evaluasi rutin

Setelah berinvestasi, ingatlah selalu untuk rajin mengevaluasi minimal setiap semester. Bandingkan kinerja pertumbuhan dana Anda di reksa dana dengan produk sejenis di pasar. Misalnya, sesama reksa dana saham atau sesama reksa dana pendapatan tetap. Bandingkan juga dengan benchmark asset. Misalnya, Anda investasi di reksa dana saham, maka benchmark kinerja adalah aset dasarnya yakni saham, dalam hal ini direpresentasikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Baca juga: Tips Punya Asuransi di Usia 40 Tahun

Bagaimana, sudah siap menabung di reksa dana? Kini, Anda juga dapat menempatkan dana di Avrist IDX30, reksa dana terbaik yang dapat menjawab kebutuhan Anda persembahan dari Avrist Asset Management. Jika Anda masih menyimpan pertanyaan seputar reksa dana Avrist Asset Management, jangan ragu untuk menghubungi kami di sini.