5 Kesalahan Finansial yang Sering Menjebak Usia 30-an

0
3274
finansial

Setelah melewati usia 20-an tahun yang penuh petualangan, biasanya seseorang mulai menapaki fase hidup yang lebih seru di usia 30-an. Di usia kepala tiga, umumnya seseorang sudah lebih mantap menapaki jenjang karir, misalnya meraih posisi manager atau supervisor. Seseorang juga sudah mulai lebih serius memikirkan masa depan di usia ini, termasuk memutuskan untuk menikah atau menjadi wirausaha, alih-alih mendedikasikan waktu sebagai karyawan.

Anda yang saat ini juga memasuki usia 30-an tentu juga merasakan tantangan finansial yang berbeda dibandingkan ketika masih membangun karir. Mungkin gaji Anda lebih besar. Tetapi, di saat yang sama, tantangan dan tanggung jawab finansial akan semakin meningkat, mulai dari tanggungan anak, cicilan rumah, cicilan mobil, dan lain sebagainya.

Maka, di usia 30-an tahun Anda sudah tidak memiliki alasan lagi untuk tidak mengelola keuangan dengan baik. Pasalnya, bila tidak lekas dibenahi, pengelolaan finansial yang buruk dan menjadi malapetaka finansial di masa mendatang. Anda tentu tidak mau dong, memiliki finansial yang buruk kelak? Agar hal itu tidak sampai terjadi, pastikan Anda mampu menghindari 5 jebakan finansial yang sering terjadi di usia 30-an ini:

Tidak punya dana darurat

Ini termasuk jebakan finansial yang fatal. Ketiadaan dana darurat akan mudah menggelincirkan seseorang dalam jebakan utang berbiaya mahal ketika mendadak dia membutuhkan dana tunai. Padahal, di usia 30-an, tingkat kebutuhan Anda akan semakin beragam sehingga sudah sepatutnya Anda memiliki dana darurat yang memadai.

Jumlah dana darurat yang memadai berkisar tiga hingga enam kali nilai pengeluaran bulanan rutin. Fungsi dana darurat, sesuai namanya, adalah untuk mengantisipasi kejadian darurat yang membutuhkan dana tunai dalam waktu cepat. Dengan memiliki “bantalan” itu, apabila sewaktu-waktu Anda perlu dana dalam jumlah besar, Anda tidak perlu mengutang.

Sisihkan paling tidak 10% dari penghasilan rutin Anda untuk dana darurat. Tempatkan dana darurat di instrumen yang likuid atau yang mudah dicairkan kembali. Misalnya, di rekening tabungan atau reksadana pasar uang. Bisa juga Anda menempatkannya dalam bentuk emas perhiasan atau emas batangan yang mudah dijual.

Baca juga: Perlukah Asuransi untuk Lajang

Tidak punya asuransi

Ketiadaan asuransi membuat Anda rentan diguncang risiko finansial manakala terjadi risiko sakit atau kematian. Banyak orang berusia 30-an yang cenderung meremehkan pentingnya asuransi karena merasa masih cukup muda dan berisiko rendah untuk sakit dan wafat. Risiko kesehatan mungkin bisa diminimalisasi dengan memelihara gaya hidup yang sehat. Tetapi, siapa yang mampu mengetahui panjangnya umur?

Bila saat ini usia Anda sudah berkepala tiga, sebaiknya Anda tidak menunda lagi membeli asuransi baik asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa. Asuransi kesehatan bisa meminimalisir risiko finansial jika suatu saat jatuh sakit. Sedangkan asuransi jiwa bisa meminimalisir kejatuhan finansial bagi keluarga yang ditinggalkan jika pencari nafkah tutup usia.

Tidak membayar penuh tagihan kartu kredit

Mungkin di usia kepala tiga, tuntutan gaya hidup tengah mencapai puncaknya. Sah-sah saja mengikuti gaya hidup. Tetapi bila semua tuntutan itu Anda tutup dengan kartu kredit tanpa menghitung kemampuan membayar tagihan, maka itu akan menjadi malapetaka.

Agar terhindar dari jebakan finansial akibat pemakaian kartu kredit yang buruk, mulai sekarang biasakan disiplin memanfaatkan kartu kredit hanya sebagai alat transaksi nontunai. Biasakan juga membayar penuh tagihan kartu kredit saat tagihan datang agar terhindar dari bunga yang menggulung dan denda.

Berinvestasi terlalu konservatif

Untuk mencapai rencana-rencana di masa datang, maka seseorang perlu menyiapkan kebutuhan dana melalui investasi. Namun, banyak kalangan muda yang masih berkepala tiga justru memiliki strategi investasi yang konservatif. Misalnya, investasi dana sekolah anak melalui tabungan rencana di bank atau menabung di deposito yang memberikan imbal hasil rendah.

Dengan tingkat inflasi yang cukup tinggi, memilih strategi yang konservatif untuk tujuan keuangan jangka panjang bukan memberikan solusi, justru menimbulkan risiko. Tujuan keuangan Anda berisiko tidak tercapai karena imbal hasil produk yang konservatif tidak mampu melawan laju inflasi tinggi di masa depan.

Hindari kesalahan ini dengan membenahi strategi investasi Anda. Sebagai gambaran, untuk tujuan keuangan jangka panjang yang ingin Anda wujudkan di atas 10 tahun, seperti dana kuliah anak, sebaiknya Anda memilih reksadana saham atau saham. Untuk tujuan jangka pendek, seperti dana liburan tahunan, Anda bisa memanfaatkan instrumen konservatif seperti tabungan rencana atau reksadana pasar uang.

Baca juga: Cara Mudah Menjadi Kaya dengan Bersyukur

Tidak terbuka bicara keuangan dengan pasangan

Di Indonesia, masalah ekonomi atau finansial menjadi salah satu penyebab tertinggi perceraian. Mengutip berita Liputan6.com tahun 2017, sepanjang tahun 2009-2016 angka perceraian di Indonesia terus meningkat hingga 20%. Permasalahan finansial acap kali dipicu oleh minimnya keterbukaan membicarakan masalah finansial antar pasangan.

Seseorang di usia kepala tiga dan mulai membangun keluarga perlu menghindari jebakan finansial yang berbahaya ini. Bila Anda sudah memiliki pasangan, berarti Anda tidak lagi hidup sendiri. Anda perlu membicarakan secara terbuka bersama pasangan mulai dari kondisi finansial yang Anda hadapi hingga apa saja tujuan keuangan yang ingin diwujudkan bersama pasangan di masa depan.

Termasuk kondisi finansial yang perlu dibicarakan misalnya jumlah utang kartu kredit, pengeluaran untuk membiayai adik Anda kuliah, dan sebagainya. Sementara tujuan keuangan yang ingin Anda wujudkan di masa depan sebagai contoh, ingin memiliki rumah bersama pasangan, menyusun dana pensiun bersama, dan lain-lain.

Dengan mengetahui lima jebakan finansial yang kerap terjadi pada kalangan berusia 30-an tahun di atas, semoga kini Anda dapat lebih apik dalam menyusun keuangan. Sudah siap?