Supaya Tidak Kaget, Pikirkan 4 Hal Ini sebelum Menambah Anak

0
2120
menambah anak

Memiliki anak dewasa ini memberikan tantangan yang mungkin jauh lebih kompleks dibandingkan zaman-zaman sebelumnya. Bila Anda perhatikan, saat ini semakin jarang ditemui keluarga muda yang memiliki anak lebih dari tiga. Kebanyakan keluarga muda hanya memiliki dua anak saja. Bahkan tidak sedikit pasangan suami istri yang hanya memiliki anak semata wayang. Kondisi ini sangat berbeda dengan 10-20 tahun silam di mana memiliki lima atau enam anak dalam suatu keluarga menjadi hal yang biasa.

Benarkah memiliki anak memang mahal?

Mengapa para orang tua zaman sekarang cenderung memilih tipe keluarga kecil? Selain karena tantangan dari sisi pengasuhan dan penjagaan, masalah finansial juga menjadi pertimbangan yang umum. Mengutip Tirto (Juni 2016), biaya membesarkan seorang anak yang dilahirkan tahun 2016 hingga kelak mencapai usia 21 tahun diprediksi mencapai Rp2,94 miliar. Angka itu diperoleh dari asumsi beberapa kebutuhan dasar, yaitu makanan pokok tiga kali sehari, biaya pendidikan yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan, kebutuhan tempat tinggal, transportasi dan biaya kesehatan.

Biaya Rp3 miliar per anak memang terdengar begitu mahal. Namun, seperti banyak orang tua mempercayai, setiap anak memiliki rezekinya sendiri. Anda yang kini tengah menimbang untuk menambah jumlah anak, sebaiknya tidak perlu terlalu terbebani dengan hitungan tersebut. Akan tetapi, upayakan untuk tetap rasional dengan melakukan antisipasi kebutuhan kelak seiring penambahan jumlah anak. Bagaimanapun kesejahteraan anak sangat bergantung pada kedua orang tua hingga kelak sang anak bisa mandiri dan menghidupi diri sendiri.

Nah, sebelum memutuskan memiliki anak lagi, ada baiknya Anda menimbang beberapa hal berikut ini dari segi pengelolaan keuangan pribadi:

1. Kebutuhan asuransi jiwa

Menjadi orang tua artinya Anda memiliki tanggung jawab untuk memenuhi segala kebutuhan buah hati. Sampai sang anak dewasa, secara finansial dia sangat bergantung pada orang tuanya. Bila Anda adalah kepala keluarga yang memegang peran sebagai pencari nafkah utama keluarga, kehadiran anak melahirkan kebutuhan akan asuransi jiwa.

Asuransi jiwa bisa membantu Anda mengelola risiko finansial yang mungkin muncul apabila suatu ketika Anda tidak mampu lagi menghidupi si anak karena meninggal dunia. Sehingga, saat si pencari nafkah tidak mampu lagi menghidupi tanggungan keluarga, uang pertanggungan dari asuransi bisa menjadi bekal hidup selanjutnya bagi si anak atau keluarga yang ditinggalkan.

Penambahan jumlah anak otomatis menaikkan kebutuhan nilai uang pertanggungan yang Anda butuhkan. Sebagai contoh, dengan tanggungan berupa istri dan satu anak, uang pertanggungan asuransi jiwa Anda saat ini anggaplah mencapai Rp1,3 miliar.

Ketika ada anggota keluarga baru yang hadir, nilai uang pertangungan sebesar itu otomatis sudah tidak lagi memadai. Pasalnya, tingkat pengeluaran keluarga tentu bertambah seiring pertambahan jumlah anak. Anda perlu menambah lagi proteksi asuransi jiwa Anda hingga nilai total pertanggungan jiwa mencukupi menjadi bekal hidup keluarga hingga anak terkecil bisa mandiri.

Baca juga: Suami Istri Sama-sama Bekerja, Perlukah Asuransi Jiwa Dua-duanya?

2. Kecukupan dana darurat

Kebutuhan dana darurat juga ikut meningkat seiring pertambahan jumlah anak. Sebagai gambaran, saat Anda masih berdua saja dengan pasangan, nilai dana darurat yang ideal adalah enam kali nilai pengeluaran bulanan.

Begitu memiliki satu anak, Anda perlu meningkatkan kecukupan dana darurat menjadi sembilan kali nilai pengeluaran bulanan. Ketika anak kedua lahir, upayakan untuk menambah lagi porsi dana darurat hingga 12 kali nilai pengeluaran rutin bulanan.

Dana darurat bisa disisihkan secara bertahap dari penghasilan rutin dan ditempatkan dalam instrumen yang likuid atau mudah dicairkan seperti rekening transaksi, deposito, atau emas.

3. Kebutuhan pemeliharaan kesehatan

Sebenarnya, sejak si anak ada di dalam rahim ibu, kebutuhan pemeliharaan kesehatan sudah harus dipenuhi. Mulai dari biaya pemeriksaan kandungan rutin ke dokter, pembelian vitamin, biaya kelahiran kelak dan seterusnya.

Begitu lahir, si anak membutuhkan kesiapan keuangan orang tua untuk memberikan vaksinasi yang juga membutuhkan biaya, dan lain-lain. Bila Anda belum memiliki asuransi kesehatan, sebaiknya sejak jauh-jauh hari membeli proteksi kesehatan berbentuk family plan sehingga saat ada anak kedua atau ketiga lahir, Anda tinggal menambahkannya ke dalam polis asuransi kesehatan.

Baca juga: 5 Pandangan Salah tentang Asuransi yang Membahayakan Kesehatan Keuangan

3. Perencanaan dana pendidikan

Inilah mungkin biaya termahal bila berbicara soal kehadiran anak. Maklum, di Indonesia, sekolah yang berkualitas masih terbilang mahal. Laju biaya inflasi pendidikan di Indonesia saat ini masih di atas 10% per tahun.

Supaya inflasi biaya pendidikan bisa lebih diantisipasi, sebaiknya Anda memiliki rencana dana pendidikan yang tepat untuk si buah hati. Begitu si anak lahir, mulailah menghitung perkiraan biaya sekolah si kecil kelak dan investasikan persiapan biaya tersebut di instrumen yang memberikan imbal hasil di atas inflasi. Misalnya, reksa dana, saham, atau properti. Bila Anda merasa kesulitan menyusun perencanaan dana pendidikan anak, Anda bisa memakai jasa profesional seperti jasa perencana keuangan.

Baca juga: 4 Langkah Mudah Menyiapkan Pensiun Dini

4. Kebutuhan pengasuhan

Hal lain yang perlu dipikirkan dari segi finansial ketika menambah anak lagi adalah masalah teknis pengasuhan kelak. Bila selama ini anak pertama Anda diasuh sendiri oleh istri, apakah kelak saat ada anak lagi, istri Anda masih sanggup menjadi pengasuh sendirian? Atau sudah waktunya mempekerjakan pengasuh?

Lebih-lebih bila istri Anda juga bekerja. Kebutuhan akan tenaga pengasuh atau pengasuh saat istri masih di kantor, tentu meningkat saat jumlah anak bertambah. Begitu juga jika Anda berniat memasukkan si buah hati ke daycare.

Itulah empat hal yang perlu Anda pertimbangkan dari sisi finansial apabila kini tengah menimbang untuk menambah momongan. Setiap anak memang membawa rezeki sendiri. Akan lebih baik bila sebagai orang tua, Anda melakukan upaya optimal untuk kesejahteraan anak agar kehidupan mereka lebih baik. Selamat mengambil keputusan, ya!

Credit photo: Unsplash, pexels