Strategi Investasi di Puncak Karir, Mulai dari Mana?

0
2957

Setelah sekian tahun meniti jenjang karir, tahun ini Anda akhirnya menginjak puncak karir yang sudah lama diidam-idamkan. Definisi puncak karir bagi beberapa orang bisa berbeda-beda. Namun, bila mengacu pada pemahaman yang umum, puncak karir biasanya ditandai dengan jenjang jabatan yang tinggi, mulai dari level manajer hingga direksi.

Bila mengacu pada tahapan usia bekerja, umumnya seseorang bisa menggapai puncak karir di usia 40 tahun ke atas. Walau ada juga yang masih berusia di bawah itu sudah mampu mencapai jenjang karir tinggi. Nah, selain bobot tanggung jawab yang lebih besar, puncak karir biasanya juga ditandai dengan penghasilan yang ikut melesat.

Tentu ini akan menguntungkan secara finansial, karena Anda akan lebih leluasa memenuhi berbagai kebutuhan hidup maupun gaya hidup. Terlebih, pada umumnya di usia puncak karir, seseorang tidak lagi terlalu dibebani masalah cicilan kebutuhan pokok seperti cicilan rumah atau mobil.

Di masa-masa puncak penghasilan seperti itu, seseorang biasanya juga tengah menghadapi tingkat kebutuhan hidup yang memuncak. Misalnya, biaya sekolah anak, biaya les, atau biaya pekerja yang bertambah. Ada pula “jebakan finansial” dari situasi penghasilan tinggi. Yaitu, godaan gaya hidup yang semakin besar seiring dengan kenaikan karir dan status sosial.

Bila tidak cermat dalam mengelola pendapatan yang tengah mencapai puncak, Anda dapat menghadapi risiko finansial yang besar. Antara lain, risiko masa pensiun yang kurang sejahtera, risiko biaya akibat sakit di masa tua sedangkan kepemilikan produk proteksi belum memadai, dan lain sebagainya.

Investasi untuk apa?

Ketika Anda berada di puncak karir dengan profil keuangan seperti di atas, sebenarnya Anda memiliki PR finansial yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Yaitu, kebutuhan berinvestasi demi menggapai kondisi keuangan lebih ideal di masa mendatang. Yang terdekat adalah, kebutuhan finansial di masa pensiun.

Faktanya di Indonesia, masih banyak kalangan yang mengabaikan persiapan pensiun secara memadai. Mengutip pemberitaan Bisnis Indonesia (Maret, 2017), mayoritas orang Indonesia berkeinginan untuk menjalankan gaya hidup yang sama dengan saat ini ketika memasuki masa pensiun kelak.

Ironisnya, keinginan itu tidak didukung oleh strategi persiapan yang memadai. Riset yang sama menyebutkan, sebanyak 94% responden mengaku menempatkan dana persiapan pensiun mereka di produk tabungan dan deposito. Padahal dua produk tersebut bukanlah produk investasi mengingat imbal hasil yang rendah dan tidak mampu melawan laju inflasi jangka panjang.

Untuk mewujudkan masa pensiun sejahtera, seseorang perlu menjalankan strategi investasi yang tepat termasuk pemilihan instrumen yang memadai. Misalnya, saham atau reksadana.

Maka itu, bila saat ini Anda tengah menapak usia kepala empat dan berada di puncak karir, jangan sampai mengabaikan pentingnya berinvestasi. Rancanglah investasi Anda, baik untuk persiapan masa pensiun, mencapai kemerdekaan finansial, atau untuk tujuan lainnya.

Memulai investasi di usia puncak karir dapat menjadi hal yang tepat karena Anda memiliki penghasilan yang tinggi. Namun, karena Anda baru memulainya sekarang, maka sisa waktu Anda berinvestasi juga semakin terbatas. Walau begitu, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan? Berikut strategi investasi ketika di puncak karir:

Baca juga: Usaha Sampingan untuk Karyawan

1. Ketahui posisi Anda

Langkah pertama adalah mengetahui posisi Anda. Bila tujuan Anda adalah ingin mengamankan kebutuhan dana pensiun, pertama-tama cobalah untuk mengumpulkan informasi tentang berapa nilai tabungan pensiun yang sudah Anda kumpulkan sejauh ini. Bila Anda seorang karyawan di sebuah perusahaan, kemungkinan besar Anda sudah memiliki tabungan pensiun yang dihimpun oleh pemberi kerja baik berupa produk Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) ataupun keikutsertaan program Jaminan Hari Tua (JHT) BPJS Ketenagakerjaan. Anda bisa mengecek berapa nilai saldo di pos-pos tersebut. Dari angka itu, Anda bisa mengetahui berapa sisa dana yang harus Anda kumpulkan untuk mendukung masa pensiun sesuai keinginan.

2. Ketahui tujuan dan kebutuhan Anda

Untuk memulai investasi, seseorang perlu mengetahui tujuan dan kebutuhannya terlebih dulu. Apa tujuan investasi Anda? Berapa kebutuhan dana yang ingin Anda wujudkan melalui investasi tersebut? Sebagai gambaran, di usia puncak karir seperti saat ini, beberapa tujuan keuangan mungkin sudah Anda wujudkan mulai dari kepemilikan rumah, kebutuhan kendaraan pribadi, kebutuhan pergi beribadah seperti naik haji, atau kebutuhan dana sekolah anak hingga di tingkat kuliah.

Nah, adakah tujuan keuangan yang belum terwujud? Di usia tersebut kemungkinan adalah dana pensiun, dana liburan bersama keluarga, dan lain-lain. Setelah mengetahui apa saja tujuan keuangan yang ingin diwujudkan, saatnya Anda menghitung kebutuhan dananya.

Gambarannya seperti ini: Anda berencana pensiun di usia 55 tahun atau sekitar 15 tahun lagi. Dana pensiun yang sudah Anda kumpulkan sejauh ini mencapai Rp500 juta. Namun, kebutuhan dana pensiun Anda sebenarnya mencapai Rp5 miliar. Artinya, Anda masih harus mengejar kekurangan dana pensiun sebesar Rp4,5 miliar dalam waktu 15 tahun.

3. Pilih instrumen investasi

Rentang waktu 15 tahun menjadi kesempatan bagi Anda untuk berinvestasi mengumpulkan dana pensiun. Karena rentang waktu yang terbilang masih panjang, Anda bisa mengelola risiko investasi dengan berinvestasi di produk investasi yang agresif. Seperti saham atau reksadana saham. Bisa juga Anda melirik properti yang kenaikan nilainya setiap tahun bisa di atas 20%.

Bila Anda memutuskan memilih produk investasi pasar keuangan, Anda bisa menjalankan strategi investasi berkala atau dollar cost averaging (DCA). Untuk mempercepat pencapaian dana, Anda juga bisa berinvestasi secara lump sum atau sekaligus dalam satu waktu ketika ada penghasilan ekstra seperti bonus tahunan atau dividen.

Pilihlah produk investasi yang memiliki rekam jejak kinerja bagus. Sekarang ini, ada banyak sumber referensi data yang bisa Anda gunakan untuk mengetahui kinerja produk investasi, mulai dari media, lembaga riset data pasar, bank, atau manajer investasi. Pilih juga manajer investasi yang berpengalaman sehingga portofolio Anda bisa berkembang optimal.

4. Jangan lupa asuransi

Biarpun sudah mulai menjalankan investasi demi masa pensiun yang sejahtera, Anda tidak boleh melupakan asuransi. Untuk mendukung keberhasilan rencana investasi sekaligus mengamankan masa pensiun yang sejahtera, Anda bisa melengkapi kebutuhan proteksi diri mulai dari asuransi jiwa sampai asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan berguna untuk mendukung kebutuhan dana kesehatan Anda di masa jelang pensiun dan saat pensiun.

Dengan menjalankan strategi investasi di puncak karir, Anda bisa lebih leluasa mewujudkan kondisi finansial yang lebih ideal di masa mendatang, terutama di masa pensiun kelak. Jadi, mari mulai berinvestasi.

Baca juga: Milestone di Usia 30