Alasan Milenial Harus Mulai Menabung Sejak Mulai Kerja

0
5120
alasan milenial harus mulai menabung

Menabung ternyata belum menjadi kebiasaan baik yang dilakukan para pekerja muda. Mengutip Indonesia Millennial Survey 2019 yang digelar oleh IDN Times, terungkap bahwa pekerja milenial berusia muda di Indonesia hanya mampu menyisihkan 10% dari pendapatan untuk tabungan. Pekerja muda susah menabung karena penghasilannya banyak terkuras untuk jajan kopi dan pengeluaran konsumtif lain, alih-alih untuk membeli asuransi atau berinvestasi.

Susahnya para milenial untuk menabung sebenarnya hal ironis. Pasalnya, sebagian besar anak muda yang baru memulai karier, umumnya belum berkeluarga sehingga tanggungan pengeluaran juga belum besar. Pendapatan pun seharusnya bisa lebih optimal jika dialokasikan untuk keperluan yang lebih produktif, termasuk untuk memperbesar tabungan demi kebutuhan hari depan. Masih perlu motivasi untuk menabung? Yuk, simak alasan milenial harus mulai menabung sejak mulai kerja di bawah ini.

Dana darurat wajib ada

Menabung berarti menyisihkan sebagian penghasilan hari ini untuk mengantisipasi kebutuhan di hari depan. Ada banyak jenis kebutuhan di masa mendatang yang perlu diantisipasi sejak mula. Salah satu yang sulit dihindari adalah kebutuhan dana tunai di kala kejadian darurat datang. Kejadian darurat ada berbagai macam. Mulai dari kerusakan atap rumah, kecelakaan di jalan raya, sampai kewajiban menolong keluarga yang mendadak terkena musibah. Semua itu membutuhkan kehadiran dana tunai saat itu juga.

Itulah mengapa alokasi tabungan yang pertama-tama perlu Anda miliki adalah tabungan dana darurat. Dana darurat sangat bermanfaat untuk membantu Anda mengantisipasi berbagai kejadian darurat yang memerlukan kehadiran uang tunai segera. Dengan begitu, Anda tidak perlu melirik dana tunai berupa utang atau pinjaman.

Saat Anda masih berstatus lajang, Anda hanya perlu memiliki dana darurat minimal sebesar tiga kali nilai pengeluaran bulanan. Akan lebih baik bila Anda amankan hingga enam kali. Jadi, bila saat ini pengeluaran rutin bulanan Anda mencapai sebesar Rp4 juta per bulan, maka persiapkan dana darurat Rp12 juta dalam bentuk tabungan yang likuid. Anda bisa membangun dana darurat secara bertahap dengan menabungkan sebagian penghasilan setiap bulan, hingga mencapai nilai yang ideal. Sisihkan minimal sebesar 10% dari pendapatan rutin untuk alokasi dana darurat Anda.

Baca juga: 7 Cara Gampang agar Target Menabung Tidak Gagal Terus

Dana pensiun, makin awal makin ringan

Masih muda, masak sudah memikirkan persiapan pensiun? Mungkin pikiran itu banyak melintas di benak para pekerja muda. Padahal, bila Anda semakin awal menabung dana untuk kebutuhan masa pensiun kelak, maka semakin ringan pula nominal yang perlu Anda sisihkan setiap bulan. Mari menyimak ilustrasi berikut ini.

Anda saat ini berusia 24 tahun dan berencana pensiun di usia 55 tahun. Adapun usia harapan hidup yang Anda asumsikan adalah 70 tahun. Dengan begitu, Anda memiliki waktu 31 tahun untuk mempersiapkan dana pensiun sebagai bekal hidup pasca pensiun kelak. Dana pensiun itulah yang akan menjadi sumber pendapatan Anda selama 15 tahun sampai akhirnya tutup usia nanti.

Apabila saat ini pengeluaran rutin Anda sekitar Rp5 juta, dengan asumsi inflasi 10% per tahun, maka kebutuhan dana untuk hidup selama 15 tahun di masa tua kelak mencapai Rp14,91 miliar. Untuk bisa mengumpulkan dana sebesar itu, Anda cukup berinvestasi sekitar Rp650.000 per bulan di instrumen investasi yang mampu tumbuh 25% per tahun, selama 31 tahun.

Nominal yang harus disisihkan menjadi lebih besar bila Anda terlambat memulai tabungan dana pensiun. Misalnya, Anda baru memulai menabung di usia 34 tahun, sehingga Anda hanya punya waktu 21 tahun untuk menyiapkan dana pensiun. Dengan asumsi kebutuhan dana pensiun senilai sama, maka Anda harus menyisihkan Rp1,7 juta per bulan selama 21 tahun. Selisihnya cukup jauh, bukan? Ini karena ada faktor time value of money dan perhitungan compounding interest dalam jangka panjang. Jadi, semakin awal Anda menabung , semakin besar pula peluang Anda meraih target dana pensiun dengan nominal penyisihan lebih kecil.

Biaya menikah

Walau di Indonesia masih kuat budaya menikah dengan sokongan biaya dari orangtua, tapi akan menjadi kebanggaan tersendiri bila Anda mampu menikah dengan uang sendiri, kan? Supaya rencana besar Anda mengakhiri masa lajang kelak tidak menemui hambatan finansial, akan lebih baik bila Anda mempersiapkannya jauh-jauh hari.

biaya menikah buat milenial

Jadi, begitu Anda sudah memiliki penghasilan, jangan lupa menabungkan sebagian pendapatan untuk persiapan biaya menikah. Bagaimana menyusun rencana biaya pernikahan? Mudah saja, kok. Anda cukup memperhitungkan perkiraan biaya yang dibutuhkan dan kapan kira-kira target waktu Anda menikah.

Dengan begitu, kebutuhan biaya dapat Anda cicil dengan menabung jauh-jauh hari. Misalnya, Anda berniat menikah lima tahun lagi dengan perkiraan biaya saat ini Rp100 juta. Memakai asumsi inflasi 10% per tahun, kebutuhan biaya menikah lima tahun lagi menjadi sekitar Rp161 juta. Untuk mengumpulkan uang sebesar itu, Anda bisa memulai menabung rutin di produk investasi berimbal hasil 20% per tahun, sebesar Rp1,5 juta per bulan selama lima tahun.

Ketimbang gaji Anda terpakai tak tentu arah, lebih baik diinvestasikan untuk mewujudkan pesta pernikahan idaman, bukan?

Baca juga: Bagaimana Mengontrol Kebiasaan Belanja yang Kurang Bijak Agar Bisa Menabung?

Dana pembelian rumah pertama

Banyak orang menunda pembelian rumah dan menunggu menikah dulu baru mengajukan KPR. Padahal, ketika kelak Anda sudah menikah, kebutuhan akan jauh lebih besar. Ujung-ujungnya, kebutuhan membeli rumah jadi terbengkalai. Jadi, mumpung saat ini masih lajang dan berpenghasilan, persiapkan saja kebutuhan dana pembelian rumah dari jauh-jauh hari.

Setiap orang pada akhirnya membutuhkan tempat berteduh dari panas dan hujan. Rumah adalah salah satu satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seseorang agar bisa menjalankan hidup layak. Di sisi lain, harga rumah tidaklah murah. Itulah mengapa Anda perlu mempersiapkan dari jauh-jauh hari kebutuhan dana pembelian rumah. Dana tersebut diperlukan kendati Anda berniat membeli rumah secara kredit. Yaitu, untuk kebutuhan uang muka kredit pemilikan rumah. Bank biasanya mensyaratkan uang muka sebesar 30% dari harga rumah. Jadi, bila Anda ingin membeli rumah seharga Rp700 juta, Anda harus memiliki dana tunai sekitar Rp210 juta sebagai uang muka KPR kelak.

Baca juga: Gaji Masih Fresh Graduate Tapi Ingin Beli Rumah, Begini Caranya!

Kini Anda sudah mengetahui alasan milenial harus mulai menabung sejak mulai kerja dan mengantisipasi kebutuhan dana sejak jauh-jauh hari. Jadi, selagi masih muda, berpenghasilan, dan jumlah tanggungan minim, jangan lagi menunda langkah menabung demi masa depan yang lebih sejahtera. Yuk, menabung sekarang juga!