Money Stories: Bagaimana Freelancer Bertahan dari Krisis karena Pandemi

0
2250
Freelancer bertahan dari krisis karena pandemi

Pandemi COVID-19 sudah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi dan di ambang resesi. Jutaan orang kehilangan pendapatan karena terkena vonis pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kebijakan dirumahkan oleh perusahaan. Langkah efisiensi juga banyak ditempuh korporasi yang berimbas pada penurunan pendapatan banyak pekerja. Bukan hanya pekerja kantoran saja yang terkena dampak krisis ekonomi karena pandemi COVID-19. Para pekerja lepas alias freelancer juga menghadapi situasi tidak kalah sulit untuk bertahan dari krisis karena pandemi.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) per Mei 2019, jumlah freelancer di Indonesia mencapai kurang lebih 5,89 juta orang. Angka itu meningkat 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Di tengah ancaman resesi karena pandemi, tidak sedikit freelancer yang berjibaku agar bisa terus bertahan. Pada Agustus 2020, Avrist Assurance berbicara dengan empat freelancer yang merasakan dampak pandemi terhadap pekerjaan mereka sebagai pekerja lepas. Empat sahabat Avrist ini adalah Eka Suhaya (41 tahun), seorang freelancer di segmen desain arsitektur; lalu Widi Widodo (38 tahun), seorang penulis lepas dan editor; Donny Akbar (45 tahun), freelance wedding photographer; dan Alfa Ranesia (39 tahun), seorang freelance content creator.

Seberapa dahsyat dampak pandemi terhadap pekerjaan mereka sebagai freelancer dan bagaimana strategi freelancer bertahan dari krisis di tengah ancaman resesi ekonomi? Yuk, simak obrolan berikut.

Sudah berapa lama Anda menjadi freelancer?

Eka: Sudah sekitar 10 tahun terakhir.

Widi: Kalau fulltime freelancer baru 6 tahun ini.

Donny: Sudah cukup lama, sekitar 8 tahun.

Ranesia: Sudah dua tahun terakhir.

Mengapa memutuskan menjadi freelancer?

Eka: Saya ingin membangun bisnis sendiri

Widi: Kebetulan kantor tempat saya bekerja dulu tutup. Jadi, saya memutuskan ingin bekerja dari rumah saja.

Donny: Saya hobi fotografi. Tadinya saya jalankan di sela-sela pekerjaan kantoran. Tapi lalu klien semakin ramai dan pendapatan juga lumayan sehingga akhirnya saya tekuni menjadi fulltime freelance fotografer.

Ranesia: Jadi freelancer membuat waktu kerja lebih fleksibel dan saya bisa bekerja dari mana seja.

Apa keuntungan yang dirasakan selama menjalani profesi sebagai freelancer?

Eka: Bisa banyak belajar berbagai hal yang berhubungan dengan dunia bisnis.

Widi: Keuntungannya dari sisi waktu dan fleksibilitas. Karena dengan freelance saya bisa bekerja sambil menemani anak di rumah, hemat ongkos transport dan makan. Dan tidak usah pusing urusan dandan ke kantor.

Donny: Saya ambil spesialisasi foto pernikahan, pertunangan, pre-wedding, dan sebagainya. Sekarang juga menjajaki newborn photography. Jadi, kebanyakan sibuknya di akhir pekan. Waktu untuk keluarga jadi lebih fleksibel.

Ranesia: Saya bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga lebih leluasa dibandingkan saat bekerja kantoran. Selain itu, saya juga bisa mengatur beban pekerjaan  sendiri, sesuai dengan kemampuan dan target.

Baca juga: Bagaimana Bangkit dari Kebangkrutan atau Kegagalan Finansial akibat Pandemi?

Apa yang dirasakan paling tidak enak selama menjalankan profesi sebagai freelancer?

Eka: Saat saya baru menjajaki sebagai freelancer atau self employed, saya baru mulai belajar. Berbeda sekali dengan saat menjadi karyawan di mana waktu kerja jelas. Sebaliknya, menjadi freelancer seperti saat ini, waktu kerja bisa memakan 24 jam. Bahkan 24 jam mungkin rasanya masih kurang karena banyak sekali yang harus diurus. Mulai dari strategi marketing, proses produksi, koordinasi dan komunikasi dengan klien, penagihan, revisi, dan sebagainya. Saya harus ciptakan sistem sendiri.

Widi: Yang paling tidak enak adalah pendapatan tidak stabil. Berbeda ya, dengan menjadi karyawan kantoran yang jelas kapan gajiannya.

Donny: Pendapatan tidak sestabil dan sepasti karyawan kantoran, tentunya. Tapi dari sisi nominal bisa melebihi. Itu saja, sih.

Ranesia: Pekerjaannya tidak rutin ada dan pembayarannya terkadang suka terlambat.

Berapa project yang Anda garap setiap bulan sebagai freelancer?

Eka: Rata-rata dua proyek per bulan.

Widi: Rata-rata dua hingga tiga proyek per bulan.

Donny: Hampir setiap akhir pekan ada proyek. 

Ranesia: Setidaknya saya menggarap dua hingga tiga proyek setiap bulannya.

Apakah pendapatan sebagai freelancer sudah seperti ekspektasi Anda?

Eka: Belum, masih harus banyak kerja keras agar bisa sesuai ekspektasi.

Widi: Pendapatan sih, fluktuatif. Kadang bisa jauh lebih tinggi dibandingkan gaji bulanan saya dulu, ada kalanya juga masih kurang.

Donny: Alhamdulillah lumayan, walau fluktuatif. Tapi saya bisa menabung.

Ranesia: Sudah cukup membantu, namun belum sesuai target yang diharapkan.

Bagaimana selama ini kamu mendapatkan pendapatan sebagai freelancer? Apakah menerima down payment project dulu atau baru dibayarkan 100% setelah project selesai?

Eka: Kebanyakan memakai down payment. Tapi, ada juga yang 100% baru dibayar setelah proyek selesai.  

Widi: Sama juga, ada yang memakai sistem uang muka. Ada juga yang baru diberikan setelah proyek selesai.

Donny: Sistem down payment lalu pembayaran full saat hari-H.

Ranesia: Selama ini dibayarkan 100% setelah proyek selesai.

Berapa lama honor project kamu terima setelah project selesai?

Eka: Rata-rata satu minggu setelah proyek selesai.

Widi: Tergantung, sih. Biasanya paling cepat sebulan setelah proyek selesai.

Donny: Ya, setelah acaranya selesai. 

Ranesia: Sekitar satu bulan hingga dua bulan setelah project selesai rata-rata.

Profesi sebagai freelancer identik dengan fleksibilitas waktu dan pendapatan yang tidak tetap. Bagaimana Anda mengelola keuangan pribadi selama ini? Apakah ada trik khusus untuk mengantisipasi fluktuasi pendapatan, misalnya?

Eka: Karena pendapatannya masih di bawah harapan, jadi masih sulit diatur. Saya masih harus memperbanyak proyek dan mengejar pengerjaan klien supaya lebih cepat sehingga cash flow bisa lancar. Pangsa pasarnya harus tepat, supaya dapat harga yang wajar, tidak ketemu yang minta harga diskon sadis, atau pembatalan di tengah, bahkan minta gratis.

Widi: Triknya berusaha tidak boros. Jadi, kalau ada fee project yang cair agak banyak, saya tempatkan langsung ke deposito atau emas.

Donny: Di awal-awal saya memakai pendapatan untuk investasi kamera yang bagus. Sekarang alhamdulillah bisa menabung minimal 30% dari honor yang diterima setiap project.

Ranesia: Menetapkan skala prioritas dalam spending, dan menyisihkan untuk dana darurat serta investasi jadi kunci bagi freelancer. Sehingga bisa meminimalisir risiko pendapatan yang fluktuatif, tentunya dengan perencanaan keuangan yang matang.

Baca juga: 7 Strategi Belanja Hemat di Masa Pandemi

Pandemi corona telah mengguncang perekonomian di semua sektor, apakah berpengaruh juga terhadap pekerjaan kamu sebagai freelancer

Eka: Terpengaruh sekali. Ini, kan, semua bisnis saling terkait. Properti langsung lesu. Klien individu juga masih menahan diri. Jadi otomatis berpengaruh ke pendapatan.

Widi: Iya, terpengaruh. Sejak pandemi proyek jadi sepi. Belum ada tawaran lagi sejak pandemi terjadi. Jadi sejauh ini masih garap proyek yang sudah berlangsung sebelumnya. Pendapatan menurun. Selain itu, pencarian invoice dari klien juga semakin molor. Biasanya satu bulan sudah cair, ini molor bisa lebih dari tiga bulan.

Donny: Sangat berpengaruh. Pandemi seperti ini banyak pernikahan dibatalkan. Saya juga mengalami pembatalan beberapa proyek.

Ranesia: Pastinya sangat berpengaruh. Banyak proyek yang ditunda bahkan batal. Bahkan dari sisi pembayaran jadi tertunda sangat lama karena klien terdampak COVID-19.

Berapa persen penurunan pendapatan Anda selama pandemi ini terjadi?

Eka: Penurunan lumayan besar, sekitar 50%-70% penurunannya.

Widi: Bulan ini masih ada dua proyek yang berjalan. Bulan depan, kalau masih belum ada proyek baru, bisa dibilang penurunan 100% ya.  

Donny: Menurun sampai banyak karena benar-benar sepi job selama PSBB. Ini baru mulai ada proyek lagi setelah ada pelonggaran. Tapi tetap belum sebanyak sebelum pandemi.

Ranesia: Penurunan pendapatan bisa lebih dari 50% selama pandemi.

Bagaimana Anda mengatasi kondisi tersebut supaya arus kas keuangan tetap sehat?

Eka: Banyak berdoa dan terus menggencarkan promosi agar bisa menjaring klien.

Widi: Cari sumber pendapatan lain dengan usaha jualan makanan. Sebetulnya sebelum ada pandemi sudah berencana buka usaha makanan offline di rumah, memanfaatkan banyak kanal penjualan juga seperti Go-Food dan GrabFood.

Donny: Syukurnya saya masih ada tabungan selama ini. Jadi, sementara sepi order, saya hidup memakai tabungan itu. Sekarang saya mulai aktif lagi cari klien dengan menjelaskan pengerjaan proyek sesuai protokol COVID-19. Misalnya, memakai masker, memakai sarung tangan, dan sebagainya. Lumayan mulai ada lagi order walau masih sedikit.

Ranesia: Mencoba lebih giat cari proyek dibidang lain, dan memanfaatkan dana darurat untuk sementara waktu.

Pandemi ini diperkirakan masih akan berlangsung lama, begitupun efeknya ke perekonomian. Apa saja langkah antisipasi Anda supaya efek pandemi ini tidak semakin fatal terhadap kesehatan keuangan kamu?

Eka: Harus lebih kreatif dan gencar berpromosi di media sosial untuk menjaring klien.

Widi: Mungkin lebih aktif mencari proyek. Selama ini saya cenderung pasif, duduk manis menunggu tawaran proyek. Selain itu saya juga berusaha lebih fokus ke usaha jualan makanan tersebut.

Donny: Berhemat dan tetap giat mencari klien.

Ranesia: Harus berani ambil risiko project di bidang lain yang tidak terlalu terdampak pandemi. Atau, bahkan malah diuntungkan dengan adanya pandemi. Misalnya, online training atau webinar.

Baca juga: Tips Memulai Usaha Kecil Rumahan: Bisnis Kuliner dan Bercocok Tanam

Mengelola keuangan saat pandemi bagi freelancer

Tidak ada yang bisa memastikan kapan pandemi COVID-19 ini akan berakhir. Prediksi sementara, pandemi bisa berakhir sekitar tahun 2021 atau saat vaksin berhasil diciptakan. Adapun pemulihan ekonomi bisa memakan waktu lebih lama dari itu. Maka itu, tidak ada pilihan lain selain terus berupaya menjaga “nafas” agar Anda yang saat ini berprofesi sebagai freelancer bisa tetap bertahan.

Beberapa trik penting ini bisa Anda jalankan. Pertama, manfaatkan dana darurat. Ketika project berkurang drastis, otomatis pendapatan Anda berkurang. Anda bisa memakai dana darurat lebih dulu sebagai pendukung cash flow harian. Kedua, terapkan penghematan. Dana darurat sebagai pertolongan pertama tetap perlu diirit-irit. Fokus saja pada kebutuhan primer dan kewajiban yang tidak bisa ditunda seperti pembayaran cicilan utang.

Jurus Bertahan Freelancer di tengah Pandemi

Ketiga, tetap aktif mencari project melalui berbagai kanal. Misalnya, lewat networking yang Anda miliki, cobalah aktif di berbagai komunitas yang ada klien potensial. Bisa juga memanfaatkan marketplace freelancer untuk menjaring klien lebih banyak. Optimalkan juga promosi jasa Anda melalui media sosial. Keempat, cari pendapatan tambahan dari lini lain. Anda bisa mencoba menjajaki prospek penghasilan di luar bisnis yang selama ini Anda tekuni. Misalnya, dengan merintis usaha jualan makanan, berjualan kebutuhan healthcare, dan sebagainya. Kelima, fokus memperkuat dana darurat. Ketika Anda mulai mendapatkan project, pastikan cermat mengatur pengeluaran. Sisihkan pendapatan Anda lebih besar untuk mengisi saldo dana darurat. 

Tetap semangat dan lakukan upaya terbaik. This, too, shall pass! Untuk membantu ketenangan Anda menghadapi hari-hari penuh ketidakpastian di tengah pandemi, jangan lupa melengkapi proteksi asuransi yang praktis. Anda bisa menimbang Avrist Simple Start dari Avrist Assurance, pilihan tepat untuk Anda yang membutuhkan asuransi kesehatan terjangkau, praktis dan lengkap.