Money Stories: Bicara Finansial di Balik Keputusan Menambah Anak

0
1468
Bicara Finansial di Balik Keputusan Menambah Anak

Di kota-kota besar saat ini semakin terlihat tren memiliki anak cukup satu saja. Memiliki dua anak menjadi hal yang semakin jarang. Apalagi lebih dari dua anak. Kehidupan kota yang padat dan serba mahal, kadangkala membuat para orang tua muda gamang mengambil keputusan menambah anak.  Biaya sekolah mahal dan terus naik dari tahun ke tahun. Belum lagi kesiapan pengasuhan. Kehidupan urban yang kental dengan individualisme, membuat urusan pengasuhan menjadi isu tersendiri. Apalagi saat kedua orang tua sama-sama bekerja. Mencari pengasuh anak yang kompeten dan bisa dipercaya bukanlah hal mudah. Sedangkan menitipkan anak di daycare yang berkualitas membutuhkan uang tidak sedikit.

Tapi, tidak semua orang tua muda yang terhenti dalam ragu. Di tengah tren itu, tidak sedikit para orang tua muda yang membuat keputusan menambah jumlah anak. Avrist Assurance berkesempatan berbincang dengan tiga ibu muda yang baru saja dikarunai anak kedua. Mereka adalah, Dina Suhandi (30 tahun), seorang pegawai negeri sipil; lalu Avita Unaiya (28 tahun), ibu rumah tangga dan pemilik bisnis kuliner; dan Anne Laras (27 tahun), ibu rumah tangga yang baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya di suatu perusahaan. Apa yang mendorong keputusan menambah anak lagi? Bagaimana persiapan finansial menyambut anak kedua terutama terkait kebutuhan pendidikan anak? Yuk, ikuti obrolan Avrist berikut ini.

Baca juga: Ini yang Harus Dilakukan Saat Terlambat Menyiapkan Dana Sekolah Anak

Zaman sekarang ada tren para orang tua muda enggan menambah jumlah anak dengan berbagai pertimbangan. Bisakah Anda ceritakan, apa yang melatarbelakangi keputusan Anda menambah anak kedua?

Dina: Keputusan saya menambah anak karena saya merasa apabila hanya punya satu anak akan terlalu sepi. Saya sendiri dari tiga bersaudara dan suami empat bersaudara. Dengan adanya anak kedua, saya merasa kebahagiaan dan keceriaan akan bertambah dalam rumah tangga saya. Pun nanti ketika hari tua, saya berkeinginan hidup dikelilingi oleh keluarga yang cukup besar dengan adanya cucu dari anak-anak saya.

Avita: Keputusan memiliki anak lagi karena saya ingin menabung amal jariyah. Waktu itu juga terpikir ingin memberi teman untuk si sulung.

Anne: Sebetulnya menambah anak kedua ini di luar rencana, karena memang kami tidak merencanakannya sebelumnya.  

Adakah kekhawatiran terkait kebutuhan finansial seiring bertambahnya jumlah anak?

Dina: Ada kekhawatiran itu. Namun, dari awal kami sudah berusaha mitigasi dengan mengatur jarak kelahiran dengan anak pertama yang jaraknya hampir lima tahun. Pengaturan jarak itu tak lain agar kami siapkan juga kebutuhan finansialnya sebaik mungkin. Selain itu, kami meyakini tiap anak membawa rezekinya masing-masing yang dititipkan pada orang tua, sehingga kami mengupayakannya. Maka itu, kami siapkan penambahan kebutuhan finansial sebelum berencana menambah jumlah anak.

Avita: Alhamdulillah tidak ada. Malah saya cenderung lebih khawatir ke kesiapan mental kami bertiga (saya, suami, anak sulung) bila kelak ada anggota keluarga baru.

Anne: Sedikit banyak memang ada kekhawatiran. Namun, saya dan suami menyiasatinya dengan berusaha menambah penghasilan.

Apa saja bentuk antisipasi peningkatan kebutuhan finansial yang Anda lakukan menyambut anak kedua?

Dina: Saya dan suami memiliki tabungan bersama, dananya memang kami siapkan untuk kebutuhan anak dan kebutuhan-kebutuhan tak terduga. Karena kami berdua PNS dan pekerjaan sudah menyita waktu. Jadi, kami tidak bisa mencari tambahan pendapatan d luar pekerjaan kami, misalnya dengan membuka usaha. Sehingga cara kami adalah dengan meningkatkan target saldo tabungan dengan memangkas pengeluaran yang tidak penting seperti biaya rekreasi dan pengeluaran konsumtif lain. Kami juga punya tambahan pendapatan dari investasi saham yang dijalankan oleh suami, juga aset rumah yang kami kontrakkan.

Avita: Iya ada persiapan, kami menabung rutin sebelumnya.

Anne: Antisipasi dilakukan setelah melahirkan. Jadi, setelah saya resign dari pekerjaan kemarin, akhirnya saya mencari tambahan penghasilan dengan mengaktifkan kembali bisnis kuliner yang pernah saya rintis tapi sempat vakum selama beberapa tahun.

Baca juga: 5 Jurus Mudah Menghindari Financial Shock saat Memiliki Anak

Kini anak kedua sudah lahir, berapa persentase kenaikan pengeluaran per bulan dengan kehadiran anak kedua?

Dina: Anak kedua kami baru berusia satu bulan. Sejauh ini pengeluaran memang besar karena ada biaya kelahiran dan kebutuhan awal bayi baru lahir mulai dari baju, baby gear, peralatan menyusui, dan sebagainya. Untuk pengeluaran rutin ke depan kami belum terlalu tahu angka pasti kenaikannya. Yang pasti dengan kehadiran anak kedua, kami harus menambah jumlah asisten rumah tangga yang menginap, juga menyiapkan biaya vaksinasi dan kebutuhan lain-lain. Perkiraan kenaikan mungkin sekitar 20%.

Avita: Persentase pengeluarannya berapa ya.. Sepertinya belum ada lonjakan karena anak kedua ini masih bayi. Paling butuh untuk popok sekali pakai (pospak) saja tiap bulan. 

Anne: Ada kenaikan sekitar 10%-15% dari biasanya.

Apa saja pos pengeluaran yang terpengaruh kehadiran anak kedua?

Dina: Pos pengeluaran yang terpengaruh dengan adanya anak kedua cukup banyak di awal dan dimulai dari awal kehamilan. Yaitu biaya kontrol kehamilan tiap bulan, biaya tes darah, biaya lahiran, dan biaya keperluan bayi baru lahir. Setelah itu biaya besar yang rutin adalah biaya imunisasi dan kontrol dokter anak tiap bulan. Maka itu, kami harus memangkas biaya yang bisa dipangkas, misalnya dengan meminimalisasi belanja kurang penting, memangkas biaya rekreasi, pengeluaran konsumtif, dan lebih selektif lagi untuk pengeluaran penting atau primer lainnya.

Avita: Alhamdulillah sejauh ini tidak ada pengaruh yang signifikan.

Anne: Kebutuhan sehari-hari seperti untuk pospak juga makanan bayi karena anak kedua sudah mulai MPASI.

menambah anak

Apakah ada perubahan cara pengelolaan finansial keluarga dengan kehadiran anak kedua?

Dina: Secara garis besar tidak ada. Kami lebih berupaya meningkatkan saldo tabungan dan meminimalisir pengeluaran.

Avita: Iya ada.

Anne: Ya, khususnya untuk pengeluaran dan pembelian barang yang tidak perlu kami beli, ya kami kurangi. Biasanya, kan, suka tergoda beli barang yang sebenarnya kurang perlu.

Bagaimana Anda mengadaptasikan perencanaan keuangan keluarga seiring kehadiran anggota baru?

Dina: Seperti saya jelaskan tadi, kami menambah porsi pendapatan yang ditabung sebagai dana darurat. 

Avita: Iya, yang pasti kami menambahkan jumlah yang bisa ditempatkan di tabungan, juga menambah porsi dana darurat.  

Anne: Menambah pos tabungan darurat. Lebih giat lagi menabung dan berinvestasi.

Khusus untuk persiapan kebutuhan dana pendidikan anak kedua, apakah Anda sudah memulainya begitu si kecil lahir?

Dina: Saat ini belum ada. Kalau untuk anak pertama kami sudah buka tabungan pendidikan dengan cara otodebit tiap bulan.

Avita: Ini dibilang belum, ya tidak juga. Tapi dibilang sudah, ya belum juga secara khusus disiapkan untuk dana pendidikan. Yang pasti udah ada alokasi dana tersendiri buat anak kedua, entah nanti akan terpakai untuk kebutuhan pendidikan atau lainnya.

Anne: Kami menyiapkannya dengan memperbesar investasi. Kebetulan suami suka investasi barang-barang antik. Jadi itu nanti bisa digunakan untuk kebutuhan dana pendidikan si kecil.

Baca juga: Jumlah Anak Bertambah, Perlukah Menambah Asuransi Jiwa?

Persiapan finansial di balik keputusan menambah anak

Kehadiran anak kedua sudah pasti akan membawa pengaruh besar bagi kehidupan Anda dan keluarga. Tak terkecuali sisi finansial. Tidak perlu terlalu khawatir tentang tantangan finansial. Yang perlu Anda fokuskan adalah melakukan persiapan yang bisa Anda mulai hari ini. Seperti yang sudah ditempuh oleh tiga sahabat Avrist di atas. Apa saja langkah-langkah penting?

Pertama, perbesar porsi dana darurat. Bertambahnya jumlah anggota keluarga otomatis mempengaruhi besar pengeluaran. Menambah dana darurat adalah keharusan supaya safety net keluarga bertambah. Sisihkan sebagian pendapatan secara rutin untuk pos dana darurat hingga nilainya memadai. 

Kedua, lebih bijak mengelola keuangan. Kenaikan pengeluaran seiring kehadiran anak adalah hal yang tak terelakkan. Biaya vaksin, biaya kontrol ke dokter anak, belum lagi kebutuhan bayi yang beraneka ragam. Apabila tidak disikapi dengan bijak, bisa-bisa menjebol kesehatan keuangan Anda. Maka itu, pastikan menerapkan pengelolaan keuangan secara lebih cermat dengan konsumsi selektif, mengurangi pos pengeluaran yang kurang penting. 

Ketiga, melengkapi asuransi jiwa bagi pencari nafkah keluarga. Asuransi jiwa menjadi safety net utama supaya penghasilan yang dibutuhkan untuk menghidupi keluarga selama ini, tetap terproteksi. Untuk asuransi kesehatan, Anda bisa menimbang Avrist Simple Start dari Avrist Assurance yang memiliki manfaat lengkap, mulai dari rawat jalan, rawat inap hingga rawat gigi. 

Keempat, menambah pendapatan. Setiap anak yang lahir di dunia memang membawa rezekinya masing-masing. Tugas orang tua adalah mengupayakan supaya kebutuhan si anak terpenuhi. Jangan ragu memulai usaha atau mencari tambahan pendapatan supaya pengeluaran yang meningkat bisa diimbangi.

Kelima, siapkan kebutuhan dana pendidikan sejak dini. Walau anak Anda saat ini masih kecil, mulailah menyusun rencana dana pendidikan untuknya. Anda bisa memulainya dengan cara menabung atau berinvestasi di instrumen keuangan yang tepat. 

Dengan lima strategi itu, tantangan finansial seiring keputusan menambah anak sehingga bisa Anda hadapi dengan lebih nyaman. Semangat!