5 Jurus Mudah Menghindari Financial Shock saat Memiliki Anak

0
1637
financial shock

Kehadiran buah hati di tengah kehidupan pasangan muda umumnya menjadi hal yang membahagiakan. Rasa bahagia karena kelahiran sang anak di saat yang sama juga dibarengi dengan lahirnya tanggung jawab yang besar bagi orangtua untuk memastikan si buah hati tumbuh dengan baik. Bukan hanya mengusahakan si buah hati dapat bertumbuh kembang dengan baik, setiap orangtua juga pasti terdorong memberikan yang terbaik dari sisi pemenuhan kebutuhan hidup hingga sekolah, dan sebagainya.

Dorongan itu di saat yang sama kerap kali memicu kejutan keuangan atau financial shock bagi para orangtua muda. Tidak sedikit pasangan muda yang kaget dengan tingkat pengeluaran rumah tangga yang melonjak signifikan begitu si buah hati hadir di tengah-tengah mereka. Inilah salah satu hal yang membuat banyak orang berpendapat bahwa memiliki anak itu mahal.

Padahal, belum tentu pandangan itu benar. Kehadiran anak memang akan melahirkan berbagai pos pengeluaran baru. Namun, dengan menerapkan pengelolaan keuangan yang efisien, para orangtua baru bisa menghindari financial shock sehingga keuangan keluarga tetap sehat. Caranya, simak lima jurus penting ini:

1. Identifikasi kebutuhan

Langkah pertama yang bisa Anda ambil untuk mengatasi financial shock adalah mulai mengidentifikasi kebutuhan seputar anak. Setelah fase membayar biaya selama kehamilan dan kelahiran, saatnya untuk melangkah lebih jauh. Ada beberapa kebutuhan pokok seorang bayi yang perlu Anda fokuskan. Antara lain, perlengkapan pendukung air susu ibu (ASI), pakaian dan perlengkapan bayi mulai popok sampai kaos kaki dan selimut, anggaran imunisasi dan pemeriksaan rutin oleh dokter spesialis anak, perlengkapan mandi dan cuci, dan sebagainya.

Kebutuhan lain yang tak kalah penting untuk mendukung keamanan anak, antara lain, car seat, kereta bayi atau stroller, gendongan bayi, sampai ranjang bayi untuk tempat tidur si buah hati. Bila si ibu kelak kembali bekerja, mungkin lahir pula kebutuhan akan tenaga babysitter, pengasuh bayi, ataupun daycare.

Tidak ada baby budget yang ideal karena semua akan bergantung pada tingkat kebutuhan, penghasilan, dan gaya hidup Anda bersama pasangan. Namun, semakin rasional pengeluaran Anda, akan semakin baik efeknya pada beban finansial rumah tangga agar tidak terlalu besar.

2. Tetapkan prioritas dan komitmen

Setelah mengidentifikasi macam-macam kebutuhan seputar si buah hati, melangkahlah untuk menetapkan prioritas. Mana saja pos kebutuhan yang lebih penting, mana yang penting tapi bisa ditunda, mana yang sebenarnya kebutuhan gaya hidup saja.

Sebagai contoh, membeli perlengkapan pendukung pemberian ASI adalah kebutuhan sangat penting karena terkait dengan pemenuhan kebutuhan asupan anak. Begitu juga anggaran untuk imunisasi dan pergi kontrol ke DSA. Adapun kebutuhan lain seperti stroller atau mainan-mainan bayi, sebenarnya bisa ditunda atau ditekan dengan cara menyewa atau mencari lungsuran. Begitu juga kebutuhan gaya hidup seperti spabayi dan semacamnya.

Baca juga: Baru Mulai Berkeluarga? Ketahui 5 Prioritas Keuangan Penting Ini

Selain menimbang prioritas kebutuhan, Anda masih bisa menerapkan strategi penghematan yang mudah. Contohnya, untuk peralatan-peralatan bayi atau baby gear yang harganya rata-rata cukup mahal, Anda bisa menimbang untuk menyewanya saja alih-alih membeli sendiri. Ini menimbang durabilitas pemakaian barang bayi yang sering kali tidak terlalu lama.

3. Pastikan dana darurat ditambah

Prioritas kebutuhan anak sudah Anda tetapkan, saatnya memulai “pengamanan” keuangan rumah tangga secara umum. Ketika Anda memiliki anak, otomatis kebutuhan dana darurat juga meningkat. Perencana keuangan menyarankan, kebutuhan dana darurat sebaiknya ditambah hingga sembilan kali besar pengeluaran bulanan begitu Anda dan pasangan memiliki buah hati.

Jadi, saat tingkat pengeluaran rutin rumah tangga mencapai Rp5 juta, maka upayakan untuk membangun dana darurat hingga mencapai Rp45 juta. Anda bisa menyisihkan secara rutin, sekitar 10% dari penghasilan bulanan Anda untuk pos dana darurat. Tempatkan di instrumen yang mudah dicairkan seperti tabungan, deposito, atau emas.

Dana darurat sangat penting sebagai penyangga utama ketika terjadi kondisi darurat keluarga yang membutuhkan kehadiran dana tunai segera. Dana darurat yang memadai bisa menghindarkan Anda dari utang ketika muncul kebutuhan mendadak.

4. Lengkapi asuransi jiwa dan kesehatan

Seorang anak memiliki daya imun yang masih belum sempurna. Maka itu, seorang anak rentan terserang penyakit yang berisiko menguras biaya pengobatan. Maka itu, akan lebih baik bila Anda mengambil langkah bijak untuk membelikan si buah hati proteksi kesehatan dalam bentuk produk asuransi kesehatan yang memadai. Dengan melengkapi proteksi, Anda bisa mengelola risiko keuangan keluarga dari dampak pengeluaran akibat sakit.

Bila saat ini Anda dan pasangan sudah memiliki asuransi kesehatan, Anda tinggal mengikutsertakan si kecil dalam polis yang sama. Perusahaan asuransi biasanya tidak segan memberikan diskon premi untuk penambahan kepesertaan keluarga.

Baca juga: Suami dan Istri Sama-Sama Bekerja, Perlukah Asuransi Jiwa Dua-duanya?

Selain asuransi kesehatan, Anda juga perlu memastikan sudah membeli asuransi jiwa. Terutama untuk pencari nafkah utama di keluarga. Asuransi jiwa penting sebagai sabuk pengaman apabila sewaktu-waktu pencari nafkah utama meninggal dunia. Sehingga, kehidupan dan kesejahteraan keluarga tetap bisa terjaga baik walaupun pencari nafkah berhalangan tetap mencari nafkah.

Pilihlah produk asuransi jiwa sesuai kebutuhan dan kemampuan anggaran keluarga. Saat ini sudah banyak produk asuransi jiwa yang terjangkau. Anggarkan setidaknya 10% dari penghasilan untuk membeli polis asuransi jiwa.

5. Mulai investasi dana pendidikan sekarang juga

Mengutip Detik (Juli 2018), inflasi atau tingkat kenaikan biaya sekolah di Indonesia mencapai 10%-20% per tahun. Supaya kelak Anda tidak sampai keteteran memenuhi kebutuhan dana sekolah anak, lebih baik Anda mempersiapkan dananya jauh-jauh hari.

Baca juga: 6 Milestone Finansial Penting saat Menginjak Usia Kepala Tiga

Mungkin Anda berpikir, anak saya kan masih lama sekolahnya, masak sudah repot menyiapkan dari sekarang? Jawabannya, karena ada inflasi, maka kita memang perlu mempersiapkan dana pendidikan Anda sedini mungkin. Inflasi jangka panjang yang cukup tinggi bisa melambungkan biaya sekolah anak Anda kelak. Anggaplah saat ini usia anak Anda masih setahun dan biaya masuk sekolah dasar saat ini adalah Rp8 juta. Anak Anda masuk ke SD, enam tahun lagi. Dengan inflasi 10% per tahun, pada tahun ketujuh saat anak Anda harus masuk SD, biayanya menjadi Rp15,6 juta.

Maka itu siapkan dari jauh-jauh hari kebutuhan biayanya dengan langkah investasi. Banyak pilihan produk investasi yang bisa Anda pilih mulai dari emas, reksadana, obligasi, dan lain sebagainya. Nah, itulah lima jurus mudah menghindari financial shock setelah buah hati lahir. Yuk, siapkan dari sekarang.

Credit Photos: Canva.com, Kaboompics, Pixabay