Belanja karena Stres Kerjaan Boleh Saja, Asalkan Menerapkan 4 Trik Ini

0
1843
stres kerja

Tekanan pekerjaan menjadi sesuatu yang lumrah dihadapi oleh para pekerja muda. Tantangan tersebut mulai dari deadline pekerjaan yang seolah tiada habis, persaingan antar-rekan kerja, bos yang terlalu menuntut, hingga masalah lebih serius seperti politik kantor. Mungkin Anda juga tengah merasakan hal seperti itu sekarang?

Tekanan dalam bekerja tak ayal mendorong para pekerja muda mencari cara untuk melepas kepenatan tersebut. Beberapa cara yang lazim dilakukan antara lain jajan camilan di kafe terdekat, hang out bersama teman sepulang jam bekerja, sampai getol berbelanja ke sana-ke mari ketika jam istirahat kantor yang sering disebut dengan istilah retail therapy.

Baca juga: Bagaimana Kalau Teman Mengajak ke Resto di Luar Budget Keuangan Anda?

Sebenarnya sah-sah saja bila para pekerja muda mencoba menghalau stres tekanan pekerjaan dengan aktivitas konsumtif seperti berbelanja atau jajan-jajan kecil. Hasil kerja keras bekerja siang malam tentu perlu dinikmati, bukan? Hanya saja, supaya aktivitas hiburan nan konsumtif tersebut tidak menjadi boomerang bagi isi dompet, ada baiknya bila para pekerja muda tetap bijak ketika belanja dengan menyimak empat jurus mudah ini:

1. Atur bujet

Ini cara paling mudah untuk mengendalikan aktivitas konsumsi. Mulai dari perencanaan anggaran yang tepat. Seseorang boleh saja hobi jajan atau belanja, selama aktivitas tersebut dilakukan secara sadar, tidak impulsif, dan sesuai kemampuan kantong. Untuk memulainya, Anda bisa mengalokasikan anggaran secara khusus untuk aktivitas ini. Misalnya dengan memiliki rekening shopping sendiri.

Rekening belanja suka-suka dapat Anda alokasikan setiap bulan saat mendapatkan transfer gaji bulanan. Berapa besarnya? Tentukan sesuai kebutuhan. Namun, kisaran 5%-10% masih bisa ditoleransi. Jadi, bila Anda kini berpenghasilan sekitar Rp10 juta per bulan, alokasi untuk rekening shopping dapat Anda isi sebesar Rp500.000 hingga Rp1 juta.

Dengan memiliki anggaran khusus, Anda tidak perlu merasa bersalah saat berbelanja. Kehadiran anggaran juga bisa membantu membatasi nafsu belanja akibat stres bekerja. Jadi, ketika bujet ini sudah habis, maka Anda harus mampu menahan diri untuk tidak membobol alokasi anggaran yang lain sekadar untuk berbelanja. Sembari menunggu kegiatan belanja bulan depan, Anda bisa memilih aktivitas pelepas stres lain yang tidak membutuhkan sokongan uang, misalnya berolahraga.

2. Cerdik berbelanja online

Orang Indonesia ternyata banyak yang kepincut berbelanja online ketika tengah berada di kantor, lho. Setidaknya, itulah yang diungkap oleh survei iPrice seperti dikutip oleh CNN Indonesia (Januari 2018). Dalam survei tersebut, terungkap bahwa puncak transaksi belanja online yang dilakukan oleh orang Indonesia terjadi pada jam 11.00 siang menjelang waktu istirahat di hari kerja. Selain itu, aktivitas berbelanja daring juga banyak dilakukan memakai komputer meja alias desktop.

Belanja online mungkin memang ampuh menjadi sarana pelepasan stres di tengah tuntutan pekerjaan di kantor. Namun, bila tidak berhati-hati, aktivitas belanja online bisa bablas menggerus kesehatan isi dompet. Apalagi bila Anda hobi belanja memakai kartu kredit. Nah, bagaimana triknya supaya belanja darinng tidak sampai menjadi boomerang finansial?

Baca juga: 5 Jenis Pengeluaran Receh yang Tidak Disadari Bisa Bikin Bangkrut

Caranya mudah saja. Selain membatasi diri dengan trik pengaturan bujet di poin pertama, cara lain adalah dengan menerapkan strategi belanja online yang cerdik. Misalnya, sebelum memutuskan bertransaksi, Anda jalankan saja teknik wishlist. Masukkan dulu barang-barang yang Anda taksir ke keranjang wishlist di situs belanja. Tidak perlu langsung tergesa menyelesaikan transaksi. Kadangkala, seseorang hanya butuh hiburan untuk sekadar window shopping ketimbang belanja betulan. Melalui teknik wishlist tersebut, Anda memberi waktu lebih banyak pada diri sendiri untuk berpikir ulang, apakah barang tersebut sungguh-sungguh perlu dibeli?

3. Hindari sikap latah

Sering sekali aktivitas boros di kantor terdorong oleh sikap latah atau khawatir ketinggalan gaul. Misalnya, beberapa rekan kerja memakai tas baru di kantor dan menjadi pusat perhatian banyak orang di tempat Anda bekerja. Ketika mengetahui bila harga tas tersebut cukup terjangkau apalagi bisa dicicil, makin banyak karyawan yang ikut-ikutan beli.

Contoh lain, ketika rekan sekantor mengajak hangout ramai-ramai sepulang jam kantor, padahal Anda sadar sudah tidak memiliki alokasi bujet tersisa karena penghasilan sudah tersedot cicilan ini dan itu. Kekhawatiran dianggap tidak gaul, ketinggalan tren atau dalam bahasa terkini the fear of missing out,rentan menjebak anak muda dalam aktivitas konsumtif yang berbahaya.

Mengutip survei yang dirilis oleh Credit Karma (April 2018), 40% generasi milenial di Amerika Serikat yang sebagian besar kini berstatus pekerja muda, terjebak utang kartu kredit hanya karena enggan ketinggalan tren dari kelompok sosialnya. Belanja karena latah dan belanja karena ingin dianggap gaul bila dibiayai dengan utang kartu kredit, bisa menjadi masalah keuangan yang pelik di depan nanti.

4. Bekal makan siang lebih sehat untuk dompet

Ini trik klasik tapi memang ampuh untuk mengendalikan pengeluaran di tempat kerja. Membawa bekal makan siang selain lebih sehat bagi tubuh, akan baik juga bagi tingkat pengeluaran sehari-hari. Tidak percaya? Mari sama-sama kita hitung. Bila Anda bekerja di pusat perkantoran di Jakarta, rata-rata orang menghabiskan minimal Rp25.000 per porsi makanan untuk menu sederhana seperti di warteg. Bila pilihannya di restoran, minimal Rp100.000 yang akan keluar dari dompet.

Baca juga: Etiket Keuangan Menghadapi Pertanyaan: Gajimu Berapa Sekarang?

Memakai skenario pengeluaran paling murah, anggaplah Anda rutin makan siang di warteg dekat kantor seharga Rp25.000 x 20 hari kerja, maka angkanya sudah mencapai Rp500.000 selama 1 bulan. Itu belum termasuk jajan kopi atau camilan lain, ya. Sebaliknya bila Anda lebih rajin membawa bekal makan siang sendiri, penghematannya bisa cukup besar.

Trik mudah, batasi frekuensi makan siang membeli. Misalnya, dalam lima hari kerja, Anda hanya membeli makan siang dua kali saja dan selebihnya berusaha membawa bekal dari rumah. Alihkan nilai penghematannya untuk hal yang lebih produktif. Misalnya, untuk membeli polis asuransi kesehatan yang oke. Itu akan jauh lebih bermanfaat, bukan?

Itulah empat jurus mudah menghindari boros saat tengah stres di kantor. Berani menjalankan?