Pikirkan 5 Hal Ini Sebelum Menyicil Barang

0
3352
e-commerce

Di tengah perkembangan e-commerce, acara berbelanja zaman sekarang bisa dibilang semudah menjentikkan ujung jari. Booming kemunculan platform e-commerce pada akhirnya diikuti juga oleh kemunculan banyak pilihan metode pembayaran cicilan alias installment. Dulu, Anda mungkin hanya mengenal cicilan memakai kartu kredit, maka saat ini pilihannya menjadi semakin banyak. Kini, pelanggan bisa membayar dengan aplikasi cicilan non-kartu kredit. Selain itu, ada pula pinjaman online tanpa agunan yang memungkinkan pelanggan membiayai transaksinya dari utang dan kelak menyicil pembayarannya.

Dengan beberapa penawaran tersebut, banyak orang akhirnya tergoda memanfaatkan metode cicilan ketika berbelanja. Maklum, tawaran cicilan itu biasanya juga dibarengi dengan iming-iming cicilan tanpa bunga atau 0%, cicilan bunga rendah, cashback, dan lain sebagainya. Beragam pilihan cicilan umumnya ditawarkan untuk barang-barang konsumtif seperti gadget, barang elektronik, home appliances, sampai paket liburan.

Bila Anda kini tengah terpikir untuk memanfaatkan opsi cicilan saat membeli sebuah barang atau jasa, ada baiknya Anda menyimak lima pertimbangan penting berikut ini:

1. Jenis kebutuhan

Apakah barang yang hendak Anda beli dengan cara cicilan tersebut memiliki nilai produktif atau sekadar barang konsumtif? Barang konsumtif artinya, barang tersebut tidak memberikan nilai tambah ekonomis saat Anda memakainya. Ditilik dari neraca keuangan, keberadaan barang tersebut juga tidak menambah daftar aset yang dapat Anda perhitungkan.

Misalnya, bila Anda membeli laptop untuk mendukung pekerjaan Anda sebagai penulis, maka laptop merupakan modal usaha yang sifatnya produktif. Sebaliknya, bila laptop hanya digunakan untuk pelengkap hiburan semata, nilai ekonomisnya tidak ada sehingga murni sebagai barang konsumtif. Begitu juga bila yang Anda cicil adalah pembayaran paket liburan. Liburannya sudah lewat, tetapi beban pembayarannya masih berlangsung di masa depan. Tentu hal itu secara psikologis juga tidak menguntungkan.

Baca juga: Belanja saat Stres Kerjaan Boleh Saja, Asal Terapkan Trik Ini

Opsi cicilan boleh menjadi pilihan apabila barang yang hendak Anda cicil memiliki nilai produktif. Namun, bila yang Anda cicil pembeliannya tidak memiliki nilai tambah ekonomis sama sekali, sebaiknya Anda mengurungkan niat untuk menyicil. Pasalnya, dengan memilih menyicil, Anda terikat tenor pinjaman sampai periode tertentu. Keuangan pribadi pun harus menyesuaikan diri dengan beban cicilan tersebut. Selain itu, harga barang yang dibeli dengan cara menyicil biasanya lebih mahal dibanding bila dibeli secara tunai. Jadi, akan kurang menguntungkan bila pembelian dilakukan dengan cara cicilan.

2. Kemampuan dompet

Memilih opsi cicilan artinya Anda harus rela keuangan pribadi akan terbebani tagihan selama periode tertentu. Misalnya, Anda memutuskan membeli sebuah barang A dengan memanfaatkan cicilan selama 12 bulan. Ini berarti selama 12 bulan Anda harus bisa mengalokasikan sejumlah dana untuk membayar cicilan tersebut agar tidak menunggak. Karena bila sampai menunggak, maka akan ada biaya lagi yang harus Anda bayar.

Hal penting sebelum memutuskan menyicil barang tentu memeriksa lebih dulu kondisi keuangan. Untuk menjaga kondisi keuangan pribadi tetap sehat, seseorang perlu memastikan beban cicilan yang dia tanggung maksimal memakan 30% dari total pendapatan bulanan. Inilah yang disebut sebagai debt service ratio. Jadi, bila penghasilan rutin Anda saat ini mencapai Rp10 juta, maka beban pembayaran utang yang boleh Anda tanggung maksimal sebesar Rp3 juta per bulan. Itu termasuk segala jenis cicilan utang; mulai dari cicilan kredit pemilikan rumah (KPR) bila ada, tagihan kartu kredit, cicilan kredit tanpa agunan, cicilan kredit kendaraan bermotor, dan sebagainya. Jangan nekat mengambil cicilan apabila saat ini beban cicilan yang Anda memakan 30% dari pendapatan rutin. Ini langkah penting agar kondisi keuangan Anda tetap sehat.

3. Kebutuhan lebih penting

Membeli barang dengan cara menyicil, terlebih barang tersebut sifatnya adalah barang konsumtif, sebaiknya Anda pikirkan ulang bila kondisi keuangan sebenarnya belum ideal. Misalnya, ternyata nilai dana darurat dan investasi untuk rencana-rencana Anda di masa depan masih jauh dari ideal. Begitu juga bila pos kebutuhan lain yang lebih penting seperti pos kebutuhan proteksi melalui pembelian polis asuransi, ternyata belum terpenuhi. Pastikan untuk lebih dulu memiliki keuangan yang sehat dan ideal sebelum memakai pendapatan untuk hal yang sifatnya cenderung tersier atau bisa ditunda.

Baca juga: Asuransi Mana yang Penting untuk Anak Muda: Asuransi Jiwa atau Asuransi Kesehatan?

4. Beban cicilan dan biaya lain-lain

Bagaimana bila arus kas masih memungkinkan untuk menambah cicilan? Anggaplah saat ini beban cicilan Anda masih memakan 15% dari penghasilan rutin. Dengan begitu Anda masih memiliki ruang 15% lagi untuk menambah cicilan. Apabila memang barang yang hendak Anda cicil tersebut mendesak, opsi cicilan masih bisa digunakan.

Terlebih dahulu, periksalah beban cicilannya. Termasuk di sini adalah berapa besar bunga dan berapa besar denda keterlambatan cicilan. Bila bunganya ternyata cukup besar, apakah Anda sanggup menanggung pembayarannya tiap bulan? Ingat, menambah cicilan berartiruang keuangan Anda menjadi semakin sempit. Maka itu, menghitung secara rinci efek cicilan terhadap arus kas pribadi sangat penting.

5. Lama cicilan

Arus kas Anda mungkin masih bisa menanggung cicilan barang tersebut. Namun, sampai seberapa lama? Umumnya, metode pembayaran dengan cicilan menawarkan tenor mulai dari 3 bulan sampai 24 bulan. Bunga cicilan biasanya juga dipengaruhi oleh tenor pinjaman. Semakin lama tenor pinjaman, boleh jadi bunganya lebih mahal.

Baca juga: 6 Milestone Keuangan saat Menginjak Usia 30-an

Bila Anda memakai kartu kredit, mungkin bisa memakai cicilan 0%. Namun, tetap perlu diperhitungkan, bila mengambil cicilan 0% sampai lebih dari 6 bulan, misalnya, ada biaya tahunan kartu yang harus Anda bayarkan kelak. Selain itu, perhitungkan juga efek lama cicilan tersebut terhadap arus kas pribadi Anda. Semakin lama tenor cicilan yang Anda ambil, semakin lama pula beban utang harus Anda tanggung. Maka itu, lebih baik bila memilih tenor cicilan yang tidak terlalu lama dengan nominal beban cicilan yang masih masuk dalam batas aman debt service ratio keuangan pribadi yakni 30%.

Dengan menimbang lima hal tersebut, semoga Anda bisa lebih berhati-hati sebelum memutuskan berbelanja barang dengan cara cicilan.

Credit photos: Unsplash, Pexels, Pixabay