Wajib Tahu, Ini 4 Hobi Anak Muda yang Sering Bikin Boros

0
4942
hobi anak muda

Sebagai anak muda yang mulai memiliki penghasilan sendiri, wajar bila para pekerja muda banyak tergoda punya pengeluaran yang hedon alias boros. Euforia memiliki pendapatan sendiri, tanggungan masih sedikit, ditambah merasa belum perlu mengurus keuangan secara serius, menjadi satu dari banyak sebab mengapa pekerja muda tak segan menghamburkan uang untuk hal-hal konsumtif demi kesenangan saat ini. Tidak jarang, banyak hobi anak muda yang sering bikin boros.

Bila dilakukan sesekali, mungkin sah-sah saja. Tapi, bila sebuah aktivitas atau hobi konsumtif sudah menjadi kebiasaan alias gaya hidup, lama-kelamaan hal ini bisa membuat kondisi keuangan Anda memburuk, terlebih ketika tidak diimbangi dengan pengelolaan keuangan yang sehat. Lalu, apa saja aktivitas atau hobi yang bikin boros dan rentan membuat isi kantong bocor? Dan bagaimana triknya supaya tidak membahayakan keuangan? Simak daftarnya di bawah ini.

Hobi Anak Muda yang Sering Bikin Boros

1. Nongkrong sepulang kerja

Kebutuhan bersosialisasi merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Maklum, manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa terus menerus beraktivitas sendirian. Bersilaturahmi dengan teman atau kerabat juga salah satu cara melepas stres yang banyak disarankan. Para pekerja muda pun banyak yang menjadikan aktivitas hangout sepulang kerja sebagai aktivitas rutin demi memenuhi kebutuhan bersosialisasi.

Nongkrong bersama teman-teman sepulang kerja sekadar untuk refreshing setelah penat bekerja seharian. Atau, menikmati me time di coffee shop, semakin menjadi bagian gaya hidup Gen Y dan Gen X. Sesekali nongkrong mungkin tidak akan terlalu berpengaruh besar pada pengeluaran pribadi. Tapi, bila hampir setiap malam nongkrong, bisa dipastikan efeknya bakal lumayan besar terhadap isi kantong.

Coba saja Anda hitung. Setiap kali nongkrong, Anda memesan minuman seharga minimal Rp50.000. Belum ditambah camilan atau makan malam. Mungkin bila dirata-rata, biaya sekali nongkrong bisa menghabiskan minimal Rp200.000. Bila itu Anda lakukan hampir setiap hari, anggaplah tiga hari setiap pekan, maka dalam sebulan dompet pun terkuras Rp2,4 juta untuk biaya nongkrong saja! Itu belum termasuk biaya hangout saat akhir pekan, lho.

Baca juga: Bagaimana Mengontrol Kebiasaan Belanja agar Tetap Bisa Menabung?

Boleh saja, kok, menjalankan hobi anak muda sepulang kerja. Tapi tidak perlu setiap hari juga, kan? Supaya tidak membuat isi kantong Anda berantakan, cobalah mengurangi frekuensi nongkrong. Mungkin dari tiga kali seminggu menjadi seminggu sekali saja. Dengan begitu, aktivitas hangout tidak perlu menciderai keuangan.

2. Koleksi barang bermerek biar keren

Punya penghasilan sendiri saatnya bebas berbelanja barang-barang branded yang Anda sukai dan incar sejak lama! Apakah itu sneakers, parfum, tas, gadgetfashion item yang tengah hits, lini make-up atau skincare high-end, dan sebagainya. Di kalangan anak muda zaman now, tekanan peer group juga mendorong semakin mewabahnya konsumsi. Maklum, ini dikarenakan anak muda cenderung punya sifat FOMO,  alias fear of missing out, yakni sejenis kekhawatiran bakal terkucil jika sampai ketinggalan sesuatu yang sedang tren di kelompok sosial.

Membeli barang bermerek agar tetap gaul dan tampil keren boleh saja. Tapi, apabila Anda tidak membatasinya sesuai kemampuan finansial, bisa-bisa pendapatan Anda habis sekadar untuk membeli barang konsumtif. Bagaimana mengatasinya supaya hobi anak muda ini tidak merusak kesehatan keuangan? Mulailah membuat alokasi anggaran khusus untuk hobi koleksi barang branded tersebut. Misalnya, budget belanja maksimal menghabiskan 10% dari pendapatan rutin.

Bila anggarannya tidak memadai untuk membeli barang yang Anda incar, ya, paksakan diri untuk mengumpulkan uangnya lebih dulu sampai cukup. Jangan pernah menyabotase pos anggaran lain yang lebih penting seperti anggaran dana darurat, pos premi asuransi jiwa atau investasi, apalagi berutang buat sekadar membiayai hobi anak muda konsumtif.

Cara lain, pertimbangkan untuk menjadikannya investasi yang menguntungkan. Barang branded ada pasar tersendiri. Bahkan saat statusnya bekas alias preloved, masih banyak orang yang rela membelinya dengan harga cukup mahal. Jadi, pintar-pintarlah mengubahnya menjadi investasi! Misalnya, Anda menargetkan menjualnya kembali setahun atau dua tahun kemudian.

3. Punya moto “traveling is lyfe”

Experiences spending saat ini menjadi godaan terbesar bagi Generasi Milenial dan Generasi Z untuk bertindak boros. Alih-alih membeli barang apalagi menyisihkan pendapatan untuk asuransi kesehatan dan investasi, banyak pekerja muda yang rela mengeluarkan banyak uang untuk membiayai hobi traveling ke berbagai tempat.

Mengeluarkan uang demi mendapatkan pengalaman baru bepergian ke berbagai tempat dinilai sebagai bagian dari gaya hidup yang baik untuk kesejahteraan batin. Apalagi sudah merasa capek-capek bekerja. Traveling menjadi pelarian yang tepat agar dapat bersemangat lagi menjalankan aktivitas sehari-hari. Tren traveling sebagai gaya hidup juga tidak terlepas dari mantra Generasi Milenial, yaitu YOLO, you only live once.

Baca juga: Tips Liburan Murah ke Luar Negeri saat Akhir Tahun

Boleh saja Anda menghidupi hobi traveling sebagai bagian dari pemenuhan kebutuhan refreshing. Tapi, supaya tidak merusak kesehatan kantong, pastikan Anda menyiapkan anggaran untuk traveling terlebih dahulu. Caranya, siapkan budget jauh-jauh hari sehingga biaya traveling tidak perlu mengganggu arus kas bulanan dan pos-pos keuangan penting seperti dana darurat, asuransi, dan investasi, serta tidak perlu berutang.

4. Jajan boba dan kopi kekinian

Jajan apa yang tengah hits di kalangan anak muda perkotaan saat ini? Tak lain adalah kopi kekinian dan minuman bubble tea alias boba. Dua jenis jajanan itu harganya mungkin terbilang murah. Cukup mengeluarkan uang tak sampai Rp30.000 Anda sudah bisa menikmatinya. Tapi, kalau jajannya hampir tiap hari, lumayan menguras isi kantong juga, lho.

Mari kita hitung. Untuk segelas kopi susu kesukaan umumnya dibanderol dengan harga Rp18.000-Rp30.000. Ditambah camilan Rp15.000. Anggap saja sekali jajan minimal menghabiskan Rp40.000. Bila jajannya hampir setiap hari selama lima hari kerja, maka dalam sebulan Anda mengeluarkan uang minimal Rp800.000 hanya untuk kopi.

Baca juga: Cara Menghemat Uang dengan Promo Diskon dan Cashback

Itu belum termasuk pengeluaran makan siang di kantor. Ditambah lagi jajan minuman boba sepulang kerja. Keluar lagi uang minimal Rp20.000-Rp40.000 per gelas. Apalagi saat Anda mager beli sendiri dan akhirnya memanfaatkan layanan pesan-antar yang harganya lebih mahal. Dalam sehari, pengeluaran untuk jajan bisa tembus minimal Rp100.000. Sudah tergambar berapa pengeluaran untuk jajan yang sekilas terlihat receh. Anda bisa mengendalikan pengeluaran camilan itu dengan membatasi frekuensinya. Selain bagus untuk keamanan isi dompet, mengurangi jajanan yang penuh gula dan gluten seperti kopi kekinian atau boba juga baik untuk kesehatan.

Jadi, menikmati hidup dengan aktivitas hedon nan boros boleh-boleh saja mumpung masih muda. Tapi, Anda tetap perlu membatasinya supaya kesehatan keuangan Anda tetap terkendali dan masa depan finansial aman. Bisa, kan?