Belum Terlambat Memulai, Inilah Tips Investasi di Usia 40an

0
8475
tips investasi di usia 40an

Ketika menginjak usia 40-an tahun, idealnya seseorang sudah relatif mapan dari sisi kehidupan finansial. Anggapan umum ini sejatinya tidak terlalu salah. Saat seseorang telah menginjak umur kepala empat, ia diasumsikan telah bekerja atau memiliki penghasilan minimal selama 15 tahun. Rentang waktu selama 15 tahun memiliki penghasilan sendiri memungkinkan seseorang memiliki banyak aset. Seperti rumah, kendaraan pribadi, tabungan, investasi atau mungkin kepemilikan saham di sebuah bisnis.

Citra kemapanan ini pula yang melekati profil Rahmad (41 tahun), seorang manajer di sebuah perusahaan swasta di ibukota. Di usia awal 40-an, Rahmad memang terhitung sudah cukup mapan. Karirnya semakin menanjak. Anak-anaknya mulai memasuki usia remaja. Aset-aset penting seperti rumah, kendaraan pribadi, dan tabungan sudah dia miliki.

Namun, harus diakui, beban finansial yang dia pikul juga masih sangat banyak. Biaya sekolah anak yang terus meningkat seiring kenaikan tingkat pendidikan mereka, ditambah lagi tuntutan gaya hidup yang kian meningkat. Imbasnya, Rahmad merasa pengelolaan finansialnya belum optimal. Ia belum memiliki investasi apapun, baru sebatas tabungan biasa di deposito dan emas. Rahmad belum pernah mencoba berinvestasi di produk pasar keuangan sejauh ini. Padahal kurang dari 15 tahun lagi, Rahmad akan memasuki usia pensiun.

Profil Rahmad mungkin terbilang banyak ditemui dalam keseharian masyarakat Indonesia. Penghasilan sudah memadai, tetapi kurang agresif dalam mengembangkan aset. Kebanyakan masyarakat Indonesia hanya berani sebatas menabung di produk tabungan bank, deposito, dan emas. Padahal tingkat pertumbuhan tiga instrumen tersebut seringkali kalah jauh dari laju inflasi.

Mengutip hasil survei InsideID yang dikutip oleh Kontan (Februari 2018), 79% dari responden yang disurvei mengaku menyisihkan pendapatan ke produk tabungan dan hanya 21% saja yang berinvestasi. Itupun kebanyakan yang memilih berinvestasi di emas (40%), deposito (37%), disusul properti, reksadana dan saham.

Baca juga: 4 Langkah Mudah Menyiapkan Pensiun Dini

Menilik angka inflasi tahunan yang mencapai 6% menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), maka sebuah aset hanya bisa disebut berkembang bila mampu bertumbuh melampaui angka tersebut. Kesalahan dalam memilih instrumen pengembang aset yang tepat bisa berakibat tujuan keuangan gagal tercapai, tak terkecuali rencana dana pensiun.

Memulai investasi di usia 40 tahun, mengapa tidak?

Nah, mungkin saat ini Anda sudah berkepala empat dan memahami pentingnya berinvestasi untuk persiapan masa pensiun. Tetapi, mungkin Anda gamang dan merasa sudah terlambat untuk memulai investasi. Jangan dulu khawatir. Bila saat ini usia Anda masih di awal kepala empat, sebenarnya Anda masih memiliki cukup waktu untuk melakukan investasi jangka panjang terutama untuk menyiapkan kebutuhan di masa pensiun kelak.

Anda memiliki waktu antara 10 tahun-15 tahun untuk mempersiapkan kebutuhan dana pensiun. Untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang di atas lima tahun seperti dana pensiun, Anda perlu memilih instrumen keuangan yang mampu mengalahkan inflasi dalam jangka panjang. Produk konservatif seperti tabungan bank atau deposito relatif sudah tidak mampu mengalahkan laju inflasi dalam jangka panjang. Dua produk tersebut sudah selayaknya Anda hapus dari pilihan instrumen dana pensiun.

Baca juga: Strategi Investasi di Puncak Karir, Begini Triknya

Instrumen pasar modal seperti reksadana saham atau saham lebih mungkin membantu Anda membangun dana pensiun karena imbal hasilnya bisa di atas 7% per tahun bahkan bisa di atas 20% per tahun.

Lantas, apa saja tip penting yang perlu Anda cermati apabila memulai investasi di usia kepala empat? Mari melihat satu per satu jurusnya di bawah ini:

1. Tentukan tujuan keuangan

Ada banyak tujuan keuangan yang bisa Anda mulai di usia kepala empat. Tujuan keuangan bisa jangka pendek di bawah 3 tahun, jangka menengah yaitu antara 3-5 tahun dan tujuan keuangan jangka panjang di atas 5 tahun. Tujuan jangka pendek sebagai contoh adalah mengumpulkan dana liburan tahunan. Adapun tujuan keuangan jangka menengah contohnya adalah persiapan dana beribadah ke tanah suci atau mengejar pemenuhan kebutuhan dana kuliah anak. Untuk tujuan jangka panjang di atas 5 tahun antara lain adalah dana pensiun.

2. Ketahui kebutuhan dana

Sebagai contoh, Anda ingin memulai investasi untuk kebutuhan dana pensiun. Langkah pertama adalah Anda perlu menentukan terlebih dulu asumsi usia pensiun dan asumsi usia harapan hidup. Sebagai gambaran, usia Anda saat ini 40 tahun dan berencana pensiun di usia 55 tahun. Sedang asumsi usia harapan hidup anggaplah 65 tahun.

Berangkat dari asumsi itu, maka Anda memiliki waktu sekitar 15 tahun untuk menyiapkan dana pensiun yang akan Anda gunakan untuk hidup selama 10 tahun di masa tua. Anda bisa memanfaatkan kalkulator dana pensiun untuk mengetahui nilai kebutuhan dana pensiun yang harus Anda kumpulkan.

Baca juga: Cara Mudah Mempercepat Pengumpulan Dana Pensiun

Anggaplah total kebutuhan dana pensiun Anda adalah Rp3,63 miliar. Maka nilai itulah yang menjadi target pengumpulan dana pensiun Anda, setelah dikurangi oleh tabungan pensiun yang saat ini mungkin sudah Anda miliki. Misalnya, tabungan pensiun di program Jaminan Hari Tua BPJS Ketenagakerjaan atau tabungan pensiun di tempat Anda bekerja melalui program Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

3. Pilih produk investasi

Setelah mengetahui nilai kebutuhan dana pensiun yang harus Anda kumpulkan, saatnya menentukan strategi investasi yang tepat. Anggaplah setelah dikurangi tabungan pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan dan DPLK, kebutuhan dana pensiun Anda adalah Rp2,7 miliar. Maka, Anda bisa memilih berinvestasi di produk yang mampu tumbuh 20% per tahun sebesar Rp2,38 juta per bulan selama 15 tahun.

Apa saja pilihan instrumen investasi yang mampu tumbuh 20% per tahun? Anda bisa menimbang berinvestasi di produk reksadana, saham, atau properti. Reksadana saham tepat sebagai pilihan untuk investasi jangka panjang. Di pasar saat ini ada banyak produk reksadana yang mampu tumbuh di atas 20% per tahun. Begitu juga properti yang bisa tumbuh melampaui inflasi. Pilihlah produk investasi yang tepat berdasarkan profil risiko pribadi dan kinerja historis produk tersebut.

4. Jangan lupakan asuransi

Memulai investasi di usia kepala empat bukan hal yang aneh ataupun terlambat. Anda masih bisa mengoptimalkan masa produktivitas finansial Anda untuk mewujudkan sebuah tujuan keuangan jangka panjang. Hanya saja, harus diakui di usia kepala empat Anda juga menghadapi beberapa risiko finansial yang perlu dikelola. Misalnya, risiko finansial akibat terjatuh sakit atau risiko finansial lain yang bisa mengancam stabilitas keuangan Anda.

Jadi, bila saat ini Anda belum memiliki asuransi jiwa dan asuransi kesehatan, ada baiknya Anda menutup kebutuhan proteksi tersebut sesuai profil keuangan. Dengan menutup kebutuhan proteksi, langkah investasi Anda akan lebih nyaman.

Dengan menerapkan empat jurus di atas, memulai investasi di usia 40-an tahun bukan lagi menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Berani memulai investasi?

Credit photo: Unsplash, Pexels