Inilah 4 Rambu-Rambu Berutang Agar Tak Merusak Keuangan

0
2139
berutang

Meminjam uang alias berutang pada orang lain atau institusi keuangan sering kali masih dinilai tabu oleh kebanyakan orang Indonesia. Utang dipandang sebagai aib dan salah satu indikator ketidakmampuan finansial. Padahal, tidak selalu demikian. Kondisi finansial yang terlalu banyak dibebani oleh utang memang dapat menjadi indikasi keuangan yang kurang sehat.

Namun, bila dikelola dengan baik dan digunakan untuk tujuan yang benar, utang sebenarnya bisa menjadi salah satu cara mudah untuk mendongkrak nilai aset. Sebagai contoh, saat seseorang membeli rumah memanfaatkan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) dari bank, dalam catatan neraca keuangan, rumah yang dibeli dengan KPR itu termasuk dalam daftar aset guna seharga nilai pasar ketika itu. Sebaliknya, apabila keputusan berutang diambil tanpa perhitungan matang, utang bisa menjadi sumber malapetaka finansial.

Maka itu, supaya berutang menjadi keputusan finansial yang tepat, ada baiknya Anda memperhatikan rambu-rambu sebagai berikut:

1. Pastikan kemampuan bayar

Rambu-rambu utama supaya keputusan berutang tidak menjadi boomerang adalah dengan terlebih dulu mengukur kemampuan pembayaran cicilannya kelak. Anda bisa menghitungnya dengan rasio kemampuan pembayaran utang atau debt service ratio. Caranya, hitung dulu berapa total cicilan utang yang harus Anda bayar setiap bulan. Jika Anda belum memiliki utang, maka Anda dapat mengalokasikan 35% dari nilai pendapatan rutin untuk cicilan utang. Sebaliknya, bila saat ini Anda sudah memiliki cicilan utang, maka pastikan penambahan utang baru nanti tidak akan melebihi angka 35% dari total pendapatan.

Baca juga: 5 Jurus Mudah Menghindari Financial Shock Ketika Memiliki Anak

Sebagai contoh, Anda saat ini memiliki penghasilan rutin sebesar Rp10 juta setiap bulan. Dengan demikian, maksimal beban cicilan utang yang boleh Anda tanggung adalah Rp3,5 juta per bulan. Saat ini, Anda sudah memiliki utang dengan besar cicilan per bulan Rp2 juta. Maka, bila hendak mengambil utang lagi, maksimal beban cicilan bulanan yang bisa Anda tanggung adalah Rp1,5 juta. Sehingga, total beban cicilan per bulan terjaga di angka Rp3,5 juta atau 35% dari total pendapatan rutin. Menjaga angka debt service ratio di angka ideal adalah rambu penting yang harus Anda taati ketika berutang supaya keuangan terjaga kesehatannya.

2. Utamakan utang produktif

Utang ada beberapa jenis. Utang dikategorikan sebagai utang produktif bila dana pinjaman tersebut bisa melahirkan lagi nilai tambah bagi keuangan Anda. Sebagai contoh, Anda membeli kamera yang harganya cukup mahal dengan cara menyicil. Kamera pada dasarnya adalah barang konsumsi karena nilainya terus menurun dari tahun ke tahun. Akan tetapi, karena kamera tersebut menjadi modal usaha utama Anda sebagai vlogger atau fotografer yang sudah berhasil mencetak penghasilan, maka keputusan menyicil kamera tersebut bisa disebut sebagai utang produktif.

Baca juga: Pentingnya Asuransi Properti, Ketahui Sebelum Membeli

Begitu juga bila Anda berutang untuk membeli aset seperti tanah atau rumah. Di atas kertas, apabila lokasinya memang strategis, aset properti seperti tanah dan rumah umumnya akan terus naik dari tahun ke tahun. Jadi, ketika membeli aset tersebut dengan cara berutang, maka bisa dikategorikan sebagai utang produktif. Dalam catatan keuangan pribadi, aset seperti rumah tinggal juga bisa Anda catatkan dalam kolom aset guna. Sebaliknya, hindari atau kurangi utang-utang konsumtif. Misalnya, berutang untuk membeli paket liburan, atau mengambil cicilan untuk membeli furnitur rumah yang tidak memberikan nilai tambah ekonomis. Dengan fokus pada utang produktif, langkah berutang bisa menjadi hal yang positif.

3. Pilih utang paling murah

Apabila Anda saat ini tengah berniat mengajukan pinjaman, sadarilah bahwa utang tidak ada yang ditawarkan secara gratis, kecuali pinjaman dari keluarga atau orantua. Ketika Anda berutang pada kantor pemberi kerja, platform teknologi finansial, atau institusi keuangan seperti bank, multifinance atau pegadaian, semua pasti mengenakan bunga.

Supaya utang yang Anda ambil tidak memberatkan kondisi keuangan, pastikan untuk memilih pinjaman dengan bunga paling murah. Sebagai contoh, Anda membutuhkan tambahan dana untuk merenovasi rumah sebesar Rp50 juta. Jangan terburu-buru langsung mengajukan kredit tanpa agunan ke bank atau platform teknologi finansial. Cari tahu dulu adakah fasilitas pinjaman lunak dari kantor Anda bekerja.

Baca juga: Rutin Memakai Kartu Kredit, Perlukah Memiliki Asuransi Kartu Kredit?

Di beberapa perusahaan, terdapat fasilitas pinjaman lunak atau soft loanuntuk para karyawan dengan syarat tertentu. Pinjaman lunak di beberapa perusahaan banyak yang dibanderol bunga 0%. Ini tentu alternatif pinjaman yang lebih menarik ketimbang berutang di tempat lain yang menetapkan bunga komersial cukup mahal.

Kalaupun Anda akhirnya memilih pengajuan pinjaman ke institusi keuangan, jangan lupa membaca secara terperinci syarat dan ketentuan pinjaman. Termasuk di sini adalah tingkat bunga yang dikenakan, besar cicilan per bulan, biaya administrasi pencairan pinjaman bila ada, biaya keterlambatan pembayaran cicilan, biaya pelunasan yang dipercepat, dan lain sebagainya.

4. Miliki strategi pelunasan lebih cepat

Rambu-rambu berikutnya adalah, selalu miliki exit strategy atau rencana pelunasan utang lebih cepat. Kendati Anda sudah memastikan bahwa rasio utang tetap aman, tidak melebihi batas 30%, bukan berarti berutang terlalu lama menjadi opsi yang bijak.

Sebagai contoh, utang jangka panjang seperti KPR yang tenornya bisa sampai 20 tahun bahkan 25 tahun. Supaya tidak menjadi beban cicilan utang berkepanjangan, Anda bisa mempersiapkan strategi sederhana untuk melunasi utang KPR lebih cepat dari tenor yang sudah disepakati di awal. Misalnya, setiap kali mendapatkan rezeki uang tunai dalam nilai cukup besar, apakah dalam bentuk bonus tahunan atau rezeki ekstra lain, Anda bisa memanfaatkannya untuk mengurangi nilai saldo utang KPR. Penurunan saldo utang KPR bisa meringankan beban cicilan bulanan dan pada akhirnya bisa membantu Anda mempercepat pelunasan utang pembelian rumah tersebut. Dengan begitu, ruang finansial Anda bisa leluasa tanpa terbebani utang terlalu lama.

Itulah empat rambu-rambu yang perlu Anda perhatikan ketika hendak mengambil atau mengajukan pinjaman, demi keuangan yang selalu sehat. Mudah, bukan?